Website Nonton Film Gratis dan Legal

Website Nonton Film Gratis dan Legal

Film adalah sebuah karya seni yang akan memiliki dampak maksimum pada penontonnya jika ditonton di gedung bioskop. Sama halnya jika ingin menonton teater baiknya harus ke gedung pertunjukan teater atau kalau mau merasakan atmosfer sepak bola sungguhan itu harus nonton langsung ke stadion. Karena dengan nonton langsung di bioskop atmosfer dan emosi yang ingin disampaikan si sutradara akan lebih mengena pada audiens. 

Dalam segi teknis, dengan menonton di bioskop kita dapat merasakan pengamalam menikmati gambar yang besar nan jernih, audio menggelegar dan bangku yang nyaman. Menonton film di bioskop juga salah satu cara kita menghargai pembuat film. Jika semua orang menonton secara ilegal, mereka akan bangkrut karena tidak ada pendapatan. Tidak akan ada lagi film berkualitas.

Namun semua berubah sejak negara api corona menyerang. Terhitung sampai tulisan ini dimuat sudah udah 65 hari bioskop di Indonesia resmi ditutup. Tidak ada yang menyangka, jika babang kopit 19 memaksa tempat hiburan favorit masyarakat ini mematikan lampunya sampai waktu yang tak bisa ditentukan. Miris jika ke stasiun kereta, pusat perbelanjaan dan spanduk-spanduk gede di jalan kita melihat masih ada poster-poster promosi iklan film yang seharusnya tayang di tengah masa pandemi. Ya, promosinya tetap jalan, filmnya sudah jadi, tinggal diputar saja saja sih sebenarnya. Tapi apa daya, karena ini demi kebaikan bersama.

Alur bisnis bioskop komersil

Pernah beredar foto di media sosial mengenai kondisi bioskop selama tidak ada pemutaran film. Kursi-kursi berjamur seperti kondisi bioskop tua. Rugikah bioskop? Tentu saja rugi banget dong karena pendapatan yang seharusnya didapat bioskop di masa pandemi sudah tidak ada. Penjualan makanan dan minuman pun tidak dapat beroperasi, sarana dan prasarana bioskop seperti kursi berjamur, projector merk Barco Atau Christie yang harganya tembus 500 juta per projector itu belum tau apa masih bisa digunakan atau harus diservis bahkan harus beli baru.

Yang perlu kita tahu, garis besar proses bisnis bioskop komersil di Indonesia itu kurang lebih adalah seperti ini :
Core bussiness bioskop itu adalah tempat pemutaran film. Untuk film, pihak bioskop melakukan riset, screening, analisa audiensi dan analisa film apa saja yang mungkin akan laris untuk ditayangkan di jam dan hari tertentu. Setelah itu, bioskop melakukan perjanjian dengan pihak pembuat film dan pihak lain untuk bagi hasil dalam pemutaran filmnya. Yang paling umum adalah 40% untuk pihak bioskop, 50% untuk pihak pembuat film dan sisanya untuk pihak lain. Barulah film itu diputar, tentunya dengan mempertimbangkan waktu tayang.

Selain pemutaran film, bioskop itu juga memiliki side bussiness atau sering kita sebut konsesi yang mendampingi pemutaran film itu sendiri yaitu jualan makanan  dan minuman yang harganya bisa mencapai 3 sampai 7 kali lipat lah dari yang biasa kita beli di minimarket. Agar laku, terkadang pihak bioskop sampai tidak memperbolehkan pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Tidak hanya itu, bioskop juga membuka jasa penayangan iklan baik di di dalam maupun di galeri bioskop.
Namun di masa pandemi ini,  bisnis inti dan bisnis sampingan dari bioskop ini tidak bisa beroperasi sebagai mana mestinya.

Muncul berbagai situs film illegal

Sebagai penikmat bahkan pengusaha di bidang film, terutama di masa pandemic yang harus banyak berada di rumah kita tak kehabisan akal, bahkan menganggap sebagai potensi bisnis yang baru. Mulai banyak bermunculan situs-situs ilegal penyedia streaming film yang bisa kita nikmati sepanjang waktu. Tentu saja film tersebut bisa kita nikmati gratis. Selain streaming, ada pula situs-situs ilegal yang menyediakan link download film yang terbaru mulai dari kualitas cam (layar bioskop yang direkam) atau yang kualitas yang memanjakan mata seperti Blue Ray Rip. Bahkan ada lho film yang belum muncul di bioskop karena pandemic tapi sudah dapat kita nikmati.

Alternatif website film legal dan gratis

Namun apakah kita harus seperti itu? Tindakan seperti itu seolah tidak menghargai usaha para filmmaker untuk membuat film berkualitas. Sebenarnya banyak kok saluran penyedia konten digital yang legal. Bahkan makin ramai penontonnya seperti Netflix, Iflix, website-website resmi penyedia film original dan legal juga ada. Jadi, sebenarnya tak ada alasan untuk menonton film bajakan ya.
Jika teman-teman belum tahu, coba catat nih website penyedia film gratis.

  1. Korean Classic Film, Cocok nih buat penyuka film Korea. Link : https://t.co/s2x37hdnbo?amp=1
  2. Freedom Film Festival, buat yang suka dokumenter, boleh dicoba nonton dimari. Link: https://t.co/i8sZ9CtYgS?amp=1
  3. IDFA Asian Documentaries, isinya koleksi film dokumenter pendek maupun panjang. Link: https://t.co/xjD5i85PDl?amp=1        
  4. Lockdown Cinema Club, ini baru muncul pas ada pandemi, isinya bakalan daftar link film yang ada di YouTube atau Vimeo yang disertai password. Link: https://t.co/cDV01VvBw8?amp=1
  5. Catchplay+, berbayar sebenarnya bahkan bisa rental perfilm tapi setiap bulannya kita bisa nonton 10 film gratis dari beberapa film gratis yg disediakan (terbatas).
  6. Vidsee, ada channel khusus untuk menonton film pendek pilihan dari seluruh dunia. Link: https://t.co/WmzSTfgvPe?amp=1
  7. Hoopla
  8. Knaopy
  9. Plex
  10. Popcornflix
  11. Crackle
  12. Tubi
  13. Pluto TV

Banyak sekali kan? Tentunya daftar ini belum semua, karena kalo semua ditulis bisa gempor ini penulisnya. Teman-teman bisa membantu dengan menambahkan di kolom komentar jika mengetahui yang lain.

Pengalaman yang tidak kalah dengan bioskop

Peristiwa pandemic ini membuat  beberapa orang membayangkan bahwa bioskop di masa depan akan mati karena bangkitnya beberapa penyedia layanan film online. Semua orang akan sangat mungkin punya bioskop pribadi / home theater. Kita sudah bisa menikmati suasana bioskop dengan home teather dan banyak pilihan film menggunakan layanan streaming dengan harga yang relatif murah bahkan gratis, dan bebas memilih waktu menonton.

Strategi sineas di masa depan terkait pandemic

Kondisi seperti sekarang menantang sineas untuk mengubah pola bisnisnya. Jika dulu, distribusi film terpusat pada bioskop maka alternative lain perlu dipikirkan. Kita tahu kalau DVD sangat rentan pembajakan, dan untuk kondisi sekarang mulai ditinggalkan karena kurang praktis.

Menjual film ke sarana penyedia berbayar seperti Netflix contohnya, sedang dilirik tajam. Tapi untuk bisa menembus Netflix perlu standarisasi yang tak main-main juga. Perlu pertimbangan untuk membuat konten sekunder berupa web series di youtube.

Dari sisi bioskop, penataan ulang gedung teater sebagai sarana utama menonton juga perlu dilakukan. Keamaan terhadap aspek Kesehatan mutlak diperlukan, entah dengan membuat studio-studio mini atau membuat jarak antar bangku.

Beberapa waktu lalu ramai di luar negeri tentang adanya “Drive in cinema”. Konsepnya menonton bioskop di lapangan terbuka dalam mobil. Ada layar lebar di bagian depan. Memang cara ini selaras dengan anjuran phisical distancing. Di Indonesia juga pernah ada, tepatnya di Ancol pada tahun 70an yang digagas oleh almarhum Ciputra.

Ide “Drive in Cinema” kembali diangkat pada tahun 2020 oleh Maxxbox cinema di Distrik 1 Meikarta. Area lapang dengan pemandangan indah menjadi daya tariknya. Mobil yang akan memasuki area bioskop diberi tanda berupa kode lokasi parkir seperti layaknya tiket bioskop. Pengemudi atau penumpang mobil dicek dahulu suhu badan, mengambil makanan dan minuman jika memesan. Memang belum umum, tapi mungkin sedikit mengobati keinginan menonton film di luar. Meski tidak ada aroma khas bioskop yang sulit dideskripsikan, suara lembut pengumuman pintu teater telah dibuka, serta bergemanya bisikan “all around you”.

Menulis ini sebagai penyaluran rasa rindu terhadap bioskop juga seebnarnya. Bagaimana menurutmu, masih sabar nunggu bioskop buka atau mau nonton di website penyedia film gratis dan legal?


Author: Mahendrayana.st dan Innnayah

0 comments