Pengertian Cinematic atau Film Look


Buat yang punya antusiasme di bidang videografi pasti sudah akrab dengan istilah cinematic atau sinematik. “wow, videonya sinematik banget deh”. Lalu sebenarnya sinematik itu apa? Tentu bukan sekedar sound transition whuzz whuzz ala Sam Kolder. Atau grading teal and orange yang sekarang sudah mulai terasa pasaran.


Menurut Goenrock sapaan akrab mas Gun di instagramnya, cinematic nggak semata-mata Karena efek “bokeh”. Cropping atau memberi letterbox (frame cinemascope) menjadi format 2.35:1 juga tidak lantas membuat cinematic look. Ada banyak faktornya lho.

Pemahaman yang keliru

Mungkin sebagian besar dari kita saat ini masih berada dalam pemahaman yang keliru soal sinematik. Backsound music epic, transisi yang diberi efek, color grading, ya…seputar itu. Nyatanya melihat beberapa parameter tersebut jika ada dalam sebuah video, kesannya jadi indah dan enak untuk dinikmati.

Faktor yang perlu diperhatikan

Cinematic look adalah bagaimana kita berusaha mengolah kualitas visual yang terdiri dari warna, kecerahan, kontras, ketajaman, motion blur, ruang tajam, efek optic, grain, vignette, tata pencahayaan, dan camera movement. Hasil shoot yang kita lakukan dengan kamera digital apapun diolah demikian agar tampilannya mendekati kualitas gambar dari kamera dengan format film (yang tayang di cinema). Jadi, proses untuk mendapatkannya tidak hanya pada saat editing (color grading), tapi juga sudah diersiapkan dari awal.

Jenis kamera

Cinematic look tidak harus memakai kamera dengan sensor besar. Shoot dengan kamera saku abhkan smartphone pun bisa. Tapi memang kualitas kamera seperti rentang dinamis, ISO performance, juga akan mempengaruhi untuk mendapatkan cinematic look dengan mudah. Meskipun memakai kamera sinema, jika tanpa penataan cahaya dan pengambilan gambar yang benar juga tidak lantas akan menghasilkan cinematic look.

Sudah tahu kan sekarang apa sih cinematic look menurut orang yang biasa membuat video untuk cinema? Semoga tertantang untuk mencoba membuat ya!

0 comments