BELAJAR MARKETING DARI LESTI DAN BILLAR ALIAS LESLAR

BELAJAR MARKETING DARI LESTI DAN BILLAR ALIAS LESLAR

 
Siapa yang tidak kenal Lesti dan Billar? Orang Indonesia setidaknya mulai 2022 mengenal pasangan fenomenal ini. Lesti adalah perwujudan impian sebagian besar rakyat Indonesia. Anak kampung yang berbakat, jadi artis, menikah dengan pria ganteng. Saat popularitasnya sedang di puncak, bagai kisah sinetron stripping…drama KDRT muncul. Publik selalu haus kisah untuk diikuti. Tentu kita ingin kisah Lesti tak segera selesai kan? Oke, saya akan merancang beberapa skenario kelanjutan kisah Lesti Billar. Mari kita simak!

SIAPA LESTI BILLAR ?

Saya pribadi pada awalnya tidak kenal sama sekali dengan yang namanya Lesti dan Billar. Pertama kali mengetahui nama Lesti dan Billar juga karena adanya perbincangan ibu-ibu, baik di kantor atau lingkungan sekitar. Saat itulah saya mengetahui jika Lesti dan Billar adalah selebriti yang cukup digandrungi ibu-ibu, selebihnya saya tidak banyak tahu. Karena saya tidak tahu, saya mulai mempelajari dan bertanya kepada teman-teman yang mengikuti kisah Lesti.

Ternyata begini...

Sejak umur 5 tahun Lesti sudah manggung di acara 17 Agustus-an dan kenaikan kelas. Lesti lalu mengikuti ajang pencarian bakat D' Academy (DA) musim pertama tahun 2014 hingga menjadi juara. Lesti memulai karir bernyanyi sebagai penyanyi orkes dari panggung ke panggung pada usia 8 tahun ketika duduk di bangku kelas 2 SD. Saat berusia 11 tahun Lesti bekerja sebagai penyanyi organ tunggal dengan mengikuti grup organ tunggal di kampungnya. Setiap ada organ tunggal, Lesti dibawa oleh sang ayah ke tempat yang mengadakan acara.

lesti dulu

Pada usia 14 tahun, saat masih duduk di bangku kelas 2 SMP di Cianjur, Lesti mengikuti audisi D'Academy di Bandung dan berhasil mendapatkan Golden Ticket untuk langsung mengikuti konser nominasi di studio Indosiar. Setelah melalui babak demi babak di panggung D'Academy, akhirnya Lesti dinobatkan menjadi juara 1.

Lesti Kejora mengakui pertama kali bertemu dengan sosok Rizky Billar adalah saat dirinya sedang mempersiapkan single terbaru berjudul 'Kulepas dengan Indah' pada 2020 yang lalu. Saat itu, Lesti Kejora tengah mempersiapkan video klip yang dirilis pada pertengahan 2020 an. Lesti yang sedang dakam masa-masa didukung fansnya secara brutal akibat ditinggalkan pacarnya, akhirnya dijodoh-jodohkan dengan Billar ini. Walaupun disisi lain terdapat banyak larangan juga dari fans maupun rekan kerjanya, tetapi pada akhirnya keduanya menikah dan munculah akronim LESLAR, Lesti dan Billar.


Singkat cerita, mereka menikah lalu terjadi KDRT. Jika ditanya percaya atau tidak, settingan atau tidak atau sejenisnya, sudah jelas se-ilmiah apapun jawaban di bawah akhirnya hanyalah berupa dugaan atau asumsi. Ditambah lagi bahwa yang dibicarakan adalah ranah privat (dalam hal ini rumah tangga orang), sebenarnya tidak perlu diangkat karena masih banyak hal lain yang lebih baik untuk dibahas. Tetapi karena saya melihat ada banyak sekali pelajaran yang didapat.

RUNTUTAN KASUS KDRT LESTI BILLAR

Kejadian bermula ketika Rizky Billar meninggalkan salah satu handphonenya di sofa. Saat itu, Lesti Kejora tak sengaja melihat ada notifikasi chat mesra muncul di layar handphone milik suaminya yang tertinggal di sofa. Lesti Kejora saat itu pun meminta suaminya untuk buka pin handphone tersebut, tapi Rizky Billar justru menyalahkannya dan keduanya terlibat pertikaian. Lesti minta diantar pulang ke rumah orang tuanya malam kejadian itu. Karena ucapan itulah yang memicu Billar marah besar. Saat kejadian itu Rizky Billar memukul dan membanting Lesti Kejora. Pihak Lesti melakukan visum dan melaporkan kasus ini ke Kepolisian. Billar ditangkap, netizen kisruh, itulah rekap kasus KDRT LESLAR.

APAKAH KASUS KDRT LESTI KEJORA SETTINGAN?

”Ah itu memang bertujuan untuk mengangkat popularitas lagi aja kayaknya” - netijen


Ya memang, dalam tulisan saya sering sekali menuliskan tentang bagaimana cara berbisnis dalam bidang entertainment khususnya dunia selebriti. Mengingat saya pernah terlibat dengan terjun langsung dalam dunia tersebut. Saya rasa, hal ini juga sudah menjadi rahasia umum walaupun tetap saja ada orang yang mengetahui hal tersebut, namun ketika ada sebuah kasus pengetahuan tersebut tiba-tiba terlupa entah hilang kemana. Beberapa tulisan saya bisa dibaca di sini:

1. PERBEDAAN ARTIS DAN SELEBRITI

2. SENSASI UNTUK EKSISTENSI
 

Kembali ke topik. Khusus untuk kasus Lesti, apakah kasus tersebut settingan belaka? Untuk menentukan apakah kasus tersebut settingan atau bukan, setidaknya kita harus analisa hal tersebut dari hal yang paling sederhana dengan cara yang sederhana pula.

Faktor Psikologis

Pernah mengalami ada teman yang sudah disakiti oleh pacar yang toxic? Meskipun dia sudah berkali-kali dinasehati tetapi pada akhirnya tetap kembali ke pacarnya. Ya itu adalah contoh sederhana. Ada hal yang lebih besar yaitu dalam kehidupan rumah tangga. Fenomena ini sering disebut trauma bonding, dimana dalam hal ini seseorang yang adalah korban sudah terlanjur terikat secara emosional pada pelaku dan cenderung tidak mampu untuk membuat keputusan secara rasional. Salah satu penjelasannya bisa dibaca di link ini :


https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-traumatic-bonding-hubungan-traumatis-yang-membuat-orang-bertahan-meski-jadi-korban-kekerasan

Sederhananya, trauma bonding ini kita ilustrasikan sebagai sebuah tali. Satu kali mengikat lebih mudah buat digunting. Tetapi apabila dua, tiga kali terikat, atau bahkan lebih, tentu butuh extra effort hanya untuk mengurainya atau bahkan untuk memutuskannya dengan alat. Semakin banyak dilakukan, maka akan semakin banyak, semakin kuat ikatannya, semakin sulit untuk dilepas.

Fase yang menjadi intinya adalah korban luluh karena beranggapan pelaku akan berubah dan memilih untuk memberi kesempatan dengan mengikat kembali tali dengan beberapa harapan seperti “nanti kalo sudah menikah, pasti berubah, ini hanya cobaan” lalu semuanya terasa kembali seperti honeymoon phase yang kemudian terulang lagi dan kemudian “nanti kalo sudah punya anak, pasti berubah". Jika terulang lagi terpikir hal lain seperti "ini hanya sebuah fase” begitu pula seterusnya “yang penting dia udah dapat sanksi sosial dan ganjarannya, pasti berubah. Toh ini sudah menjadi shock therapy buat dia.” dan sebagainya. Jika ingin melihat bagaimana gambaran dari korban, kita bisa menyaksikan serial netflix berjudul Maid. Series tersebut benar-benar menggambarkan korban sesuai dengan deskripsi psikologis di dunia nyata. 

Series "MAID" yang bisa ditonton di NETFLIX

Dari sana kita menjadi tahu bahwa kita tidak bisa memaksa korban untuk berpisah dari pasangannya. Kesadaran itu harus murni dari korban KDRT itu sendiri. Korban KDRT tidak bisa lepas begitu saja dari pelakunya walaupun korban sudah susah-susah kabur, tapi ujung-ujungnya tetap kembali ke lubang yang sama. Tidak semua orang memahami hal ini. Yang memahami hal ini pun, apabila sudah menjadi korban juga akan menjadi lupa dengan seluruh pengetahuannya. Hal yang sangat kompleks seperti ini terjadi dengan cukup sempurna dan menurut saya menjadi kurang masuk akal jika hal ini terjadi dengan setingan.

Faktor Bisnis

Inti dari sebuah bisnis entertainment adalah menampilkan apapun yang sekiranya audience akan menyukainya. Audience ingin X, lakukan X. Audience ingin Y, lakukan Y. Sudah menjadi hukum dasar dalam berbisnis bahwasanya ada kebutuhan dari masyarakat, disitulah rejeki mengalir. Fandomnya yang kebanyakan ibu-ibu, rata-rata senang ketika melihat mereka karena selalu terlihat bahagia dan menyenangkan.

Saya yakin semua setuju bahwa pernikahan yang disiarkan secara live ini sangat menguntungkan bagi pihak Bohir dan Leslar

Tindakan menampilkan KDRT secara tiba-tiba tentu saja menjadi membingungkan karena secara bisnis seharusnya akan jauh lebih menguntungkan untuk terus menampilkan kemesraan sambil duet di televisi swasta. Dari awal, kasus KDRT ini sudah menjadi sebuah anomali karena mereka merupakan pasangan yang selalu ditunjukkan penuh dengan kemesraan dan selalu ingin terlihat menonjol di televisi. Munculnya pemberitaan ini membuat semua orang terkejut karena KDRT merupakan tindakan yang sangat berbeda dari image yang ditunjukkan di televisi dan media.

Memang, media kita sering sekali membuat atau sengaja menampakan hal yang biasa-biasa saja menjadi hal yang luar biasa hanya untuk distractor atau pengalihan isu belaka. Menggunakan Lesti dan Billar tentu saja mungkin bisa bermanfaat. Tetapi untuk manfaat yang berlangsung singkat tentu saja sangat merugikan karena selain potensi buruknya lebih banyak, ada banyak hal dan cara lain yang bisa menjadi substitusi jika hanya digunakan sebagai distractor saja. Lagipula, saya yakin para bohir dunia hiburan juga tidak akan main-main dengan menggunakan Leslar sebagai bahan uji coba. Bocoran-bocoran seperti kesepakatan perdamaian, jika dipahami dari pasal ke pasal juga lebih menunjukan bahwa kejadian tersebut akan menjadi masuk akal jika terjadi secara natural.

Ditambah lagi adanya berita bahwa Lesti mencabut laporannya agar Billar tidak masuk ke penjara. Sebenarnya dapat kita lihat bahwa masyarakat tidak menginginkan Lesti untuk mencabut laporan. Sehingga, sikap Lesti dalam mencabut sebenarnya justru merugikan banyak pihak yang terlibat dalam bisnis ini sekaligus sangat berpotensi untuk menghancurkan popularitasnya sendiri. Ini sama sekali tidak memenuhi prinsip-prinsip dasar layaknya sebuah bisnis entertainment. Dalam hal ini kita semua bisa menduga bahwa kasus KDRT ini sendiri terjadi secara natural, bukan settingan.


PELAJARAN KEHIDUPAN YANG DAPAT KITA AMBIL DARI KASUS KDRT RIZKY BILLAR DAN LESTI KEJORA

Dari kejadian tersebut, sudah sepatutnya kita memantik kesadaran kita untuk melihat hidup ini dengan menemukan atau mengambil hikmah dari setiap kejadian yang mewarnai kehidupan ini. Saya yakin semua ajaran agama mengajarkan hal demikian. Dalam agama saya yaitu Islam, Allah SWT memerintahkan kita untuk menjadi orang yang berpikir dengan mengambil kisah-kisah atas perumpamaan yang Allah jabarkan baik dalam Al-Quran maupun kejadian nyata di dunia. Dalam bahasa umum hikmah dipahami sebagai kebijaksanaan atau bijaksana.

“Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” (QS. Al-A’raf: 176).


Tapi kan itu agamamu? Ok, bahkan jika kita asumsikan kita tidak beragama pun, secara logika, mempelajari apapun akan bermanfaat untuk kita. Oleh karenanya, berkaca dari kasus ini banyak sekali hal yang dapat kita petik dalam menjalani kehidupan yang beberapa diantaranya bisa dibaca di bawah:

1. Pernah naik pesawat dan mendengar pramugari bilang "pakai masker oksigen sebelum menolong orang lain". Walaupun tidak hanya hal ini saja namun hal yang paling mendasar dari hal tersebut adalah filosofi hidup bahwa kita harus memiliki prinsip "Sayangi diri sendiri sebelum menyayangi orang lain". Dengan menyayangi diri sendiri terlebih dahulu, secara taktis kita bisa dengan jauh lebih mudah untuk berbuat kebaikan kepada orang lain. Tidak hanya untuk urusan memakai masker oksigen, hampir semua atau bahkan semua hal dalam menjalani kehidupan di dunia, kita perlu memperhatikan diri sendiri terlebih dahulu sebelum melakukannya untuk orang lain. Jika kita sendiri tidak tertolong, bagaimana bisa kita menolong orang lain.

2. Dalam kasus ini, Lesti dan keluarga merekalah yg paling tahu bagaimana mereka dalam berumah tangga. Mereka juga yang paling tahu bagaimana kronologi yg disebut sebagai KDRT itu. Dalam menyikapi kasus ini, kita doakan bahwa Lesti dan Billar mendapatkan apa yang terbaik untuk mereka berdua beserta keluarga. Keputusan terbaiknya juga mereka yang lebih tahu. Mereka berdua telah berdamai, setiap upaya damai perlu didukung dengan mencapai sejumlah kesepakatan tentunya. Semoga tidak ada lagi kasus serupa dan kasus tidak mengenakkan lainnya yang terjadi. Semoga bisa memetik pelajaran dari kejadian tersebut, kehidupan mereka menjadi bahagia. Dan semoga kita juga demikian tanpa harus mengalami hal yang tidak mengenakkan seperti yang terjadi dalam kasus Lesti atau hal yang menjadi potensi serupa.

3. Pasang batasan dalam kehidupan pribadi dan dunia profesional. Sederhana, dan saya yakin semuanya memahami hal ini.

4. Tidak hanya Lesti, saya rasa Ayu Ting Ting juga punya kisah yang sama dan ujung-ujungnya mereka balik ke keluarga. Bisa dibilang, mau hancur bagaimanapun, keluarga adalah tempat perlindungan paling aman dan tidak mengkhianati (kecuali keluarga yang kurang atau tidak normal).

5. Ilmu yang paling ketara dari kejadian tersebut adalah ilmu dalam menemukan calon pasangan hidup dan pernikahan. Ada cukup banyak hal yang harus dipahami terlebih dahulu, namun saya berikan beberapa hal yang menurut saya penting

- Menikah itu adalah ibadah yang bisa dibilang paling enak. Dengan menikah, maka hal yang bahkan tujuannya dianggap oleh kebanyakan orang hanya untuk bersenang-senang saja akan menjadi hal yang bermanfaat baik bagi kehidupan kita di dunia, bahkan untuk tujuan akhirat seperti mendapatkan pahala.

- Dengan menikah, ada banyak sekali manfaat dan nyaris tidak ada kerugian yang didapatkan. Salah satu contoh saja, misalnya dalam pengambilan keputusan ada yang membantu berpikir. Dampaknya? Keputusan bisa diambil dengan pertimbangan tidak hanya dari satu sisi atau perspektif. Dalam menikah, kumpulan orang yang dulunya bukan siapa-siapa, kini menjadi keluarga. Dampaknya? Tentu banyak sekali hal positif dan menguntungkan yang didapat. Termasuk dalam hal seperti rejeki meningkat, bisnis berkembang, karir melonjak dan sebagainya. Ada banyak contoh pasangan yang semakin muncul chemistrynya dan karya-karyanya jauh lebih bagus setelah menikah, misalnya Melly Goeslaw dan Anto Hoed

- Menikah itu adalah tentang kesiapan, bukan tentang cepat-cepatan, bukan tentang keharusan, bukan tentang memuaskan orang lain, bukan tentang usia. Itu untuk hal general ya. Jika dalam agama saya (Islam), hukum nikah itu bisa menjadi wajib hingga haram yang mana tergantung dari siap nya. Kesiapan yang ada dimaksud adalah mental, harta, fisik, keilmuan, dan sebagainya. Sehingga saya sendiri merasa perlu mengkritisi kampanye "nikah muda" yang justru digaungkan oleh beberapa tokoh agama. Memang usia muda belum tentu tidak siap dan usia yang lebih lanjut belum tentu juga siap. Oleh karenanya sebaiknya diganti dengan yang lebih tepat, misalnya adalah berbagi "ilmu dasar berumah tangga" yang ditujukan kepada bujangan atau yang sudah menikah agar lebih paham dengan tujuan dan esensi menikah itu sendiri, pada akhirnya bisa meningkatkan ketahanan keluarga.

- Jika kita muslim, hal yang paling utama dari calon pasangan adalah 'bertaqwa.' “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertaqwa.” (QS. Al Hujurat: 13). Taqwa memang secara sederhana adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, tapi apakah dia tahu apa saja yang diperintahkan oleh Allah dan apa saja yang dilarang oleh-Nya? Maka, sudah seharusnya mencari pasangan yang paham dan utuh dalam beragama. Tidak hanya 'ibadah secara vertikal', namun juga paham bagaimana syariat-syariat yang masih terlupakan oleh sebagian besar muslim seperti bagaimana cara memperlakukan pasangan yang baik, bagaimana berperilaku manis lembut dan romantis, dan sebagainya.

- Ada banyak yang bilang bahwa "kenapa Lesti harus buru-buru menikah, padahal kualitas nyanyinya bagus dsb. Menikah hanya akan menghambat karir, menambah beban, mengurangi kebebasan, dsb". Sebenarnya, jika dalam menikah lalu yang kita dapat hanyalah menambah beban tanggung jawab, memangkas kebebasan, kebahagiaan berkurang, berarti ada yang salah dengan suami atau istri tersebut, bukan pernikahannya. Ada kalanya kita memang harus mempelajari apa itu esensi yang sebenarnya dari pernikahan itu sendiri dan tidak terpengaruh dengan kata-kata, kebiasaan atau hal yang sudah dilakukan oleh orang lain tetapi sebenarnya salah.

- Tidak ada yang salah apabila kita menemukan calon karena diperkenalkan dengan seseorang, anjuran dari seseorang misalnya teman, sanak saudara, atau bahkan fans dan sebagainya. Karena sebenarnya dari sanalah salah satu bagaimana jodoh itu datang. Hanya saja ada hal yang paling esensial dari sini yaitu itu adalah alat bantu dan masukan, karena kita yang menjalani maka dalam memilih harus kita sendiri yang menentukan. Oleh karena itu, ada hal yang sangat penting dari persiapan menikah, yaitu dengan mengenali calon tersebut apakah cukup layak dan pantas bagi kita atau tidak. Dengan melihat kelebihan dan kekurangannya.

- Sering ada miskonsepsi terutama dalam menyampaikan ceramah-ceramah yang membahas pernikahan. Sering juga terjadi kesalahpahaman jamaah dalam menangkap maksud dari ceramah itu khususnya dalam hal mencari pasangan. Hal ini pada akhirnya sering ditemui para jamaahnya menikah tanpa mengenal sama sekali pasanganya atau sama sekali tidak memperhatikan bagaimana keadaannya terlebih dahulu. Hal yang buruk bisa terjadi tidak lama setelah dilangsungkan pernikahan. Maka yang terbaik tentu saja dengan kritis, berhati-hati, teliti dan penuh pertimbangan.

- Ada banyak cara untuk mengenal pasangan apalagi di zaman modern ini. Metode yang baik sebenarnya adalah berkenalan secara langsung dengan didampingi keluarga atau pihak ketiga seperti teman dan sebagainya. Tetapi akan lebih baik lagi jika juga menerapkan prinsip-prinsip 'pengumpulan intelijen' misalnya dengan 'stalking' media sosialnya, nama-nama yang disimpan orang lain melalui aplikasi get contact, mencari informasi dari teman-temannya, mempelajari bagaimana orang tuanya mendidik, informasi tentang masa lalunya dan sebagainya. Cek selengkap-lengkapnya dan sedetail-detailnya.

- Memang, masa lalu adalah masa lalu. Sekarang bisa berubah jauh lebih baik. Setiap manusia juga pasti memiliki kekurangan. Tetapi, akan lebih baik jika memilih pasangan dengan kekurangan yang wajar atau masih dalam batas toleransi. Jika orang sudah memiliki masa lalu yang menyeramkan semisal memiliki penyimpangan seksual, menjual diri, memiliki kebiasaan bergonta-ganti pasangan, memiliki kebiasaan buruk misal ada kebiasaan minum miras atau melakukan kekerasan dan sebagainya, maka itu wajib menjadi pertimbangan. Bukan hanya masalah hal tersebut sulit dirubah, tetapi faktor negatif lain misalnya potensi untuk penyebaran penyakit juga perlu diperhatikan. Masih ada orang lain yang lebih pantas untuk kita.


https://www.klikdokter.com/psikologi/psikologi-keluarga/benarkah-kebiasaan-kdrt-bisa-sembuh

- Ok dia pantas untuk kita, tapi apakah kita pantas untuk sang calon? Sang calon pun pasti juga memiliki kriteria tersendiri yang mungkin lebih ketat dari kita (memperhatikan aspek lebih detail). Kita sudah yakin menentukan bahwa dia adalah calon pasangan kita, tetapi apakah dia yakin kita adalah pasangan yang terbaik untuk dia? Oleh karenanya, kita harus tanya secara langsung. Jika masih ragu, yakinkan. Jika sudah positif tidak mau bahkan dengan alasan sederhana seperti "kamu belum dewasa", "usia kita terlampau jauh", "aku tidak mau sama bocil/brondong", "kamu bukan tipeku", " ada hal yang gak aku suka" dan alasan-alasan lainnya, walaupun cukup menyakitkan, untuk saya pribadi melihat potensi buruk di masa depan, saya akan lebih memilih untuk mundur, introspeksi diri dan mulai memperbaiki diri daripada harus bersikeras. Yang pasti jika ada salah satu tidak sreg, jangan pernah dipaksakan. Oh iya, ini bukan pengalaman pribadi penulis ya.

- Kedua calon pasangan sama-sama beranggapan demikian. Maka kita memerlukan layer kedua dalam hal 'filtrasi'. Yaitu apakah orang tua atau wali kita dan keluarga setuju kita memilih dia? Apakah orang tua, wali atau keluarga dia juga setuju anaknya kita pinang? Oleh karena itu, sebelum menikah atau melanjutkan sebuah hubungan, selalu minta restu keluarga. Calon pasangan yang dibawa ke keluarga harus betul-betul yang baik dan sudah diketahui karakternya.

- Setelah dipikirkan dengan berbagai pertimbangan, jika memang ada salah satu saja orang tua atau wali dari calon pasangan tidak setuju, maka akan jauh lebih baik juga untuk mundur. Namun jika semua sudah setuju, saya rasa tahapan ini sudah cukup untuk menentukan dan selanjutnya terserah pembaca.

PELAJARAN ILMU MARKETING YANG DAPAT KITA AMBIL DARI KASUS KDRT RIZKY BILLAR DAN LESTI KEJORA

Selain ilmu kehidupan, ada banyak sekali ilmu yang kita dapatkan dari berbisnis di dunia entertainment khususnya yang melibatkan publik figur. Tidak hanya Lesti dan Billar atau kancah nasional, tapi juga level mancanegara seperti yang dilakukan pemilik perusahaan seperti Big Hit Music (pemilik bisnis boyband BTS) atau YG Entertainment (pemilik bisnis girlband Blackpink).

Sama seperti politik yang harus menggaet pemilih sebagai objective, bisnis entertainment adalah bisnis yang perlu menggaet fans untuk keberhasilan bisnis. Oleh karenanya lakukan segala upaya (yang baik tentunya) agar para artist kita memiliki fans yang militan.

Ada kalanya kita perlu membuat hal yang disukai audience semisal membuat kisah yang disukai khalayak market kita. Misal Lesti yang entah bagaimana latar belakangnya namun sukses dibentuk sebagai anak desa, berprestasi, lalu menikah dengan pria ganteng. Setiap hal tentang Lesti pasti diliput oleh media. Ya karena target marketnya tipikal orang yang selo dan punya cukup banyak waktu dan memiliki kebutuhan untuk menonton pertunjukan sesuatu yang paling ideal dalam hidup (hidup sebagai orang kaya dan bahagia). Dan memang, ternyata masyarakat tidak menyadari bagaimana keaslian suatu konten konten walaupun pendidikannya juga tidak bisa dibilang main-main. 

Fans Leslar

Itu adalah bagi pelaku bisnis. Bagi kita sang penikmat atau yang menggunakan jasa bisnis tersebut, sebaiknya kita harus tau bahwa seluruh hal yang ada dalam dunia entertainment itu tidak seluruhnya benar-benar terjadi demikian. Walaupun begitu, kita tetap harus melakukan upaya-upaya agar kita sendiri juga bisa menjalani kehidupan yang ideal, salah satunya dengan melakukan hal yang saya tulis di bab sebelumnya yaitu Pelajaran Kehidupan.

KESIMPULAN

Kehidupan pribadi adalah ranah yang selalu menarik bagi orang lain (yang selo). Jangankan artis, kehidupan pribadi orang biasa saja bisa menjadi trending topik dalam obrolan sehari-hari. Lesti dan Billar terlalu empuk untuk menjajakan 'fans service' ke public Indonesia. Kita tidak tahu apakah ini semua hanya rangkaian tontonan belaka atau benar-benar nyata. Cukup sampai di sini overthingking kita tentang Lesti dan Billar. 

Author: Mahendrayana Setiawan Triatmaja

0 comments