Review dan Pembahasan Film Doctor Strange Multiverse of Madness

Review dan Pembahasan Film  Doctor Strange Multiverse of Madness


Mimpi buruk, film Superhero bergenre horor ini diawali dengan adegan mimpi buruk Doctor Strange (yang sejenis mimpi buruk saya). Dunia jungkir balik, makhluk asing, jatuh dari tempat yang tinggi dan tak terarah benar-benar melelahkan. “Mimpi adalah visi dari diri kita di semesta yang lain” ucap Chavez ke Doctor Strange. Doctor Strange in The Multiverse of Madness sudah dinantikan penggemar Marvel sejak post credit Spiderman No Way Home akhir 2021 yang lalu. Film ini berhasil membuat saya terdiam terpaku 2 jam hingga nyeri leher. Kehilangan yang tak direlakan berujung pada keinginan untuk terus bersama orang yang disayangi ternyata memiliki kekuatan luar biasa untuk memporak-porandakan alam semesta.

REFERENSI CERITA SEBELUM MENONTON

 

Sebenarnya, film yang harus ditonton sebelum Doctor Strange in The Multiverse of Madness sudah saya tuliskan pada link dibawah.

 

Baca : Yang perlu dipahami Sebelum Menonton Film  Doctor Strange Multiverse of Madness

 

Namun ada 1 series wajib yang menurut saya tidak boleh dilewatkan disini, yaitu Seluruh Episode dari WandaVision yang ada di Disney+. Kenapa saya bilang wajib? Karena tanpa menonton series ini, kita tidak pernah tahu asal-usul atau dasar dari segala permasalahan yang ada di Doctor Strange in The Multiverse of Madness terjadi. Apabila terlanjur sudah menonton, tidak ada salahnya untuk menonton series tersebut agar membatin “oh ternyata gitu” dan semakin memahami cerita yang ada pada filmnya.


 


Nah sebelum kita mulai pembahasan, saya akan peringatkan bahwa tulisan ini mengandung spoiler. Apabila belum menonton dan tidak mau terpapar spoiler, sebaiknya baca terlebih dahulu Yang perlu dipahami sebelum menonton Film  Doctor Strange Multiverse of Madness . Tapi jika sudah menonton atau tidak terpengaruh dengan kandungan spoiler, saya rasa silahkan lanjut saja.

 

ALUR CERITA DOCTOR STRANGE IN MULTIVERSE OF MADNESS

 

Kisah bermula saat Doctor Strange terus mengalami mimpi buruk aneh. Dirinya sedang berusaha melarikan diri dari monster di sebuah semesta yang asing. Dalam mimpinya, ia bersama dengan seorang gadis, dan terlihat melewati pijakan yang terus berpindah untuk menghindar. Sampai di suatu titik, mereka bertemu dengan benda mirip dengan The Book of Vishanti. Ia dihadapkan pada dilema, harus mengambil buku tersebut guna mengalahkan monster, atau menyelamatkan sang gadis kecil. Ia kemudian terbangun.


 


Saat doctor Strange sedang galau lahir batin karena harus hadir di pernikahan mantan pacar yang masih dicintainya, eh malahan ada kekacauan. Anyway Christine menikah dengan fans Doctor Strange. Ketika Strange akhirnya memutuskan turun tangan, ia membuat makhluk itu menampakkan rupanya. Makhluk mirip gurita dengan banyak tentakel namun hanya memiliki satu mata terpampang di hadapan Strange. Ia tengah mengangkat sebuah bus hingga terbalik dan seorang gadis terjebak di dalamnya. Wong kemudian muncul ikut membantu. Namun si monster tampak sulit dikalahkan dan masih terus mengincar gadis tersebut. Setelah teratasi, Strange dan Wong pun menginterogasi gadis itu guna mencari informasi lebih lanjut. Gadis yang mengaku bernama America Chavez tersebut mengatakan bahwa ia berasal dari semesta yang lain. Strange menyadari bahwa Chavez ada dalam mimpinya. Namun Chavez memastikan bahwa yang dilihat atau dialami Stephen Strange bukanlah mimpi, melainkan kenyataan. Sementara Strange yang ada dalam mimpi Stephen adalah sosoknya yang lain.

 

Mereka kemudian memutuskan mencari bala bantuan yang memahami soal multiverse, pilihan mereka jatuh pada Wanda Maximoff. Dari sinilah kekacauan meruncing tiada ampun hingga film usai. Semua malapetaka dalam film Doctor Strange in the Multiverse of Madness bermula ketika Wanda terobsesi mengembalikan dua anaknya yang sudah ditampilkan dalam series WandaVision. 

 

REVIEW CERITA

 
Tema

Poin utama dari film ini, adalah tema yang menurut saya bukan hal yang baru tapi cukup bisa melanjutkan apa yang hilang di film Marvel yaitu kisah Christine dan Strange. Ada perasaan kecewa yang cukup besar ketika saya sadar bahwa selain kisah Wanda, Christine Palmer ternyata akan memiliki peran yang cukup penting di film ini. Sehingga dari sini bisa langsung tertebak bahwa film ini adalah film horor bertema cinta dan keluarga.

 

Tidak ada yang salah untuk sebuah seri/film memakai tema keluarga dan cinta, namun harus dipakai dengan cara unik dan berbeda dari yang lain. Apabila tidak ya akan jadi b aja dan ga "wow". Jadi saat kita sudah menebak tema dan jalan cerita, setidaknya masih ada harapan. Mungkin memang tidak luar biasa, namun masih terasa berbeda. Walaupun begitu, tema ini sebenarnya sangat emosional tapi tidak dieksekusi dengan baik sehingga filmnya terasa kurang memorable.


Protagonis dan Antagonis

Walaupun judulnya lebih merujuk kepada Doctor Strange, tapi apabila dirasakan lebih mendalam, menurut saya pribadi Wanda Maximoff yang menjadi Protagonis di film ini. Di eps terakhir series WandaVision ditunjukan Wanda yang terpengaruh Darkhold mengingat buku Darkhold ini bisa mempengaruhi pembacanya walau hanya sekilas saja membacanya. Kemungkinan suara Billy dan Tommy sengaja diperdengarkan oleh sang buku jahat untuk mempengaruhi Wanda mencari anak buatannya dari Universe lain.


 


Karena itulah fokus dari film ini lebih ditunjukkan kepada Wanda yang mencari anaknya dari universe lain. Karakter utama dari film ini adalah Wanda dan karakter Doctor Strange, Wong, Iluminati dll ditempatkan menjadi tokoh-tokoh yang menghalangi Wanda dari mendapatkan tujuannya. Tapi kan Wanda karakter jahat? Memangnya protagonis harus karakter baik? Jika belum tau apa itu protagonist dan antagonis, dapat dilihat di link di bawah ini

 

Baca : Salah, antagonis itu bukan peran jahat


Judul

Memang tidak ada yang salah dengan judul dari film ini toh nama tokoh yang menjadi judul memang tidak harus menjadi protagonis. Namun mengingat film ini seperti lanjutan dari series WandaVision, jika tidak ditujukan sebagai batu loncatan film Doctor Strange selanjutnya, menurut saya akan lebih tepat sebenarnya jika judulnya adalah “Scarlet Witch”. Untuk judul yang lebih menyesuaikan dengan tujuan film dibuat, bisa menggunakan “Doctor Strange : The Madness of Scarlet Witch”. Tetapi jika judulnya semisal “WandaVision The Movie” juga gapapa sih walaupun agak maksa. Lagipula, Multiverse dalam judul ini juga terkesan hanya pengenalan atau lebih ke tempelan semata, lebih kepada TKP dan tidak terlalu banyak dieksplor disini.

 

Penyutradaraan

Apa yang membuat film ini menarik bagi saya adalah karena sang sutradara Sam Raimi yang piawai mengemas film superhero dengan gayanya. Banyak rumor menyebutkan film ini punya nuansa horor rupanya memang benar. Yah Sam Raimi sendiri memang sutradara film horror sih, sudah wajar film ini punya nuansa horor ala film lawas seperti Darkman, Evil Dead dan Drag Me to Hell. Selain itu Sam Raimi berani menampilkan adegan kekerasan yang melebihi dari semua film MCU walau tetap menjaga agar tidak lebih dari PG-13.

 

Sebagai sineas yang terbiasa menangani horor, Sam Raimi mampu memberikan atmosfir mistis yang kuat melalui ambience dengan tone yang dark. Elemen horor khas Sam Raimi sangat terasa di sepanjang film. Pasalnya ada banyak momen yang cukup mengerikan untuk sebuah film MCU, dan bahkan ada beberapa adegan jumpscare ala kuntilanak pada film ini. Selain itu, Raimi juga menyelipkan ciri khas yang sangat Sam Raimi banget. Namun karena itu, film ini justru lebih terasa seperti film Sam Raimi daripada film MCU.

 

Pace dan Storyline

Sampai di sini saya sudah antusias mengingat Sam Raimi sang sutradara spesialis film horor sepertinya menawarkan sesuatu yang fresh untuk penonton. Film supehero dengan nuansa yang dark sebelumnya sudah ada The Batman. Mundur jauh lagi ada trilogi Blade. Sangat disayangkan tentunya pendekatan horor yang sudah disajikan oleh Sam Raimi tidak didukung dengan cerita Multiverse yang solid.

 

Bisa dibilang film ini merupakan rangkuman dari berbagai series MCU yang ada, mulai dari series Agents of S.H.I.E.L.D., Inhumans, WandaVision sampai What If. Sayangnya durasi 2 jam terasa kurang dan pace filmnya lumayan ngebut juga sehingga cerita mengenai Multiverse terasa biasa saja. Boleh dibilang series Loki justru jauh lebih baik mengenalkan konsep Multiverse dan variant ketimbang film ini.

 

Proses penceritaan justru terkesan terburu-buru seolah mengejar durasinya yang terbilang cukup pendek untuk sebuah film MCU. Hal ini bisa dilihat dari konflik dimana seolah tak ada jedanya sepanjang film. Bahkan sejak 20 menit pertamanya, langsung ada dua adegan pertarungan yang berkaitan dengan konflik utama dari filmnya.

 

Pace yang terburu-buru inilah yang kemudian membuat ceritanya menjadi kurang spesial. Hal ini karena elemen kejutan hanya terkesan numpang lewat saja, justru tidak ikut terlibat dalam konflik utamanya. Terlebih beberapa elemen kejutan tersebut justru sering kita lihat dalam trailer atau pun video promosi dari Doctor Strange in the Multiverse of Madness yang begitu gencar. Misalnya Doctor Strange yang menggunakan Darkhold yang terang-terangan ditunjukan. Hal tersebut seolah kita cukup menonton materi promosinya saja sudah cukup untuk mengerti jalan ceritanya.

 

REVIEW TEKNIS

 
Sinematografi

Kalau soal sinematografi saya rasa tidak ada yang kurang dari sini. 95% lebih menurut saya sempurna. Gaya pengambilan gambar ala Sam Raimi terasa sangat kental. Shot dan editing-nya yang terbilang cukup komikal, seperti momen close-up yang super dekat hingga montase adegan yang ditampilkan secara cepat.

 

Scoring

Saya rasa Sam Raimi secara langsung yang menjadi Supervisor dalam pembuatan scoring di film ini. Scoringnya sangat lekat dengan nuansa horror plus banyak sekali yang mengarahkan ke jumpscare. Selain itu, coba dengarkan secara seksama, backsound scoringnya hampir sama mengingatkan kita pada trilogi Spiderman Sam Raimi.

 

CGI

Bukan hal yang baru jika Marvel memiliki CGI salah satu terbaik dan terkreatif di film live action. Tentu saja karena Marvel memiliki budged yang besar untuk menyewa jasa perusahaan CGI dan animasi. Walaupun begitu, tidak semua di film ini CGI nya sempurna. Ada bagian-bagian yang sangat terasa sekali CGI nya. Misalnya saja ketika efek sejenis orb merah dari buku Darkhold ditampilkan, ketika Wanda melihat laut di cangkir, beberapa monster terlihat palsu, efek magic yang cukup kasar, mata ketiga yang terlihat seperti tempelan dan masih banyak lagi sebenarnya.


 


Walaupun begitu, desain-desain dari monster dalam film ini cukup nyata dan bagus desainnya. Kekurangan-kekurangan CGI yang saya sebutkan di atas sepertinya tidak lebih dari 10% dari total CGI yang cukup memanjakan mata di film ini.

 

 

KARAKTER

 

Doctor Strange

Dari fakta bahwa saya menempatkan poin tentang Scarlet Witch adalah protagonis yang berarti bahwa memang porsi untuk Scarlet Witch cukup menutupi Doctor Strange. Padahal ini adalah film Doctor Strange yang mana Doctor Strange sudah seharusnya menjadi dominan disini. Namun saya menyukai penggambaran mengenai dampak snap Thanos terhadap kehidupan seorang Stephen Strange sebagai salah satu korban yang menjadi debu selama lima tahun.

 

Sosok Stephen Strange juga semakin dibuat lebih manusiawi, apalagi karena nuansa romansa nya dengan Christine, bagaimana memilih karir menjadi superhero dengan mengorbankan banyak hal, termasuk cara dia meladeni seorang Peter Parker yang gagal masuk kuliah. Namum kali ini dia harus berurusan dengan bocah lain seumuran yang tidak kalah complicated dalam sosok America Chavez.


Kita juga semakin mengetahui tentang salah satu sifat yang mungkin menjadi kekurangan dalam diri Doctor Strange, yaiitu pribadi yang suka melanggar aturan dalam hal mengatasi masalah. Saking seringnya melanggar aturan, Wanda sendiri sampai bilang “munafik” karena ternyata dia sendiri juga melakukan sihir gelap “dreamwalking” ke mayat dirinya yang lain untuk menghentikan musuh. Sekedar info, pada dasarnya dreamwalking tidak boleh digunakan ke mayat, atau ada efek samping yang cukup berbahaya. Walaupun begitu saya sangat suka di bagian ini.

 


Bicara tentang potensi kelanjutan petualangan Doctor Strange juga menarik terutama setelah mid credit scene, kita melihat Stephen Strange dipertemukan dengan Clea, sosok penyihir wanita yang di komik menjadi love interest Strange yang akan meneruskan tugas sebagai penyihir agung sekaligus pengganti sosok Christine Palmer.

 

Christine Palmer

Chistine Palmer bagi saya sangat memberikan nyawa dalam film ini. Ya selain dia adalah tokoh yang menyebabkan Doctor Strange jadi bucin, tokoh ini juga mendapat upgrade yang cukup signifikan. Di universe earth 838, dia menjadi ilmuwan yang khusus, yaitu ilmuwan yang mempelajari multiverse. Pengetahuannya mengenai multiverse cukup menyeluruh, sampai menamai beberapa universe dengan nama-nama yang berbeda.

 

Wanda Maximoff / Scarlet Witch

Di film ini, Wanda menjadi tokoh protagonist yang diberikan jatah untuk ngacak-ngacak multiverse sampe inkursif karena terobsesi dengan dunia buatannya sendiri dan makluk buatan yang tercipta di dalamnya seperti Vision, Billy and Tommy. Dalam series WandaVision, building story and karakternya terbentuk secara sempurna sebagai landasan dari film ini.

 

Jujur, series WandaVision ini film yang cukup menyedihkan, emosinya cukup tumpah-tumpah untuk jadi bahan bakar yang solid buat cerita Elisabeth Olsen di MCU sampai bertahun-tahun mendatang. Kita harus akui bahwa Elisabeth Olsen mengeksekusi Wanda Maximoff dan Scarlett Witch dengan sempurna. Aktingnya dalam film super keren. Padahal kalo lihat dia keliling untuk promosi film ini, terasa biasa aja ya.


Kata orang, cara Wanda mati kurang gimana gitu. Tertimpa batu untuk penyihir yang bisa mengendalikan realitas itu sangat janggal. Eh tapi Captain Marvel matinya lebih janggal. Tapi niat Wanda sepertinya memang bunuh diri karena merasa bersalah. Namun saya punya pendapat berbeda, bahwa Wanda tetap akan muncul di film MCU selanjutnya. Saya tetap menunggu dengan sabar kelanjutan cerita Wanda terutama ketika Kevin Faige sendiri mengonfirmasi bahwa Wanda masih akan melanjutkan petualangannya di film yang lain.

 

America Chavez

Keberadaan America Chavez di film ini sejak awal sudah jadi perhatian saya terutama apabila kita mengingat dari fakta bahwa karakter ini tidak terlalu disukai oleh fans ketika didebutkan di versi komiknya. Hal tersebut karena karakter America Chavez di dalam komiknya seperti ini:

 

  • Asal : Utopian Parallel
  • Gender : Wanita
  • Orientasi seksual : Lesbi
  • Orang tua : Perempuan
  • Ras : Latin
  • Warna kulit : Coklat
  • Sifat : Angkuh, menyebalkan, ‘cringe’
  • Kekuatan : Pukulan super, berpindah universe, menjelajah waktu

 

Namun di film ini ternyata Chavez diperkenalkan dengan cara yang sepertinya memang sengaja dibuat agar penonton suka. Sifat buruk seperti terlalu angkuh, menyebalkan, dll. disini dibuat ramah plus dengan segala sifat baik lainnya. Bahkan salah satu ‘pesan moral’ ditunjukan di akhir dari film dimana karakter America Chavez dapat menggunakan kekuatan supernya setelah di yakinkan oleh dr strange yang kurang lebih pesannya ala-ala motivator keluar gedung langsung lupa “jadilah percaya diri, yakin bahwa kita bisa”.


Perbedaan secara sifat dengan komik agar disukai, maka sudah bisa ditebak bahwa karakter ini adalah produk dari SJW. Dari ras, orientasi seksual (diperlihatkan dengan asesoris ala aktivis bergambar bendera LGBT), gender, kekuatan yang cukup overpower dan langka, sudah sejelas-jelasnya karakter ini itu dibuat dari SJW untuk SJW oleh SJW. Karena lebih fokus untuk tujuan SJW, penggambaran detail karakter misal cara mengaktifkan kekuatan dengan memukul sekeras-kerasnya sampai pintu multiverse terbuka dengan bentuk bintang, itu sama sekali tidak kreatif.


Namun pengenalanya cukup bagus. Latar belakangnya yang berasal dari Utopian Parallel di mana laki-laki tidak eksis digambarkan akurat sesuai komiknya. Lalu bagaimana cara berkembang biak? Ya dengan 2 orang wanita lalu menyatukan pikiran, menggabungkan kekuatan, lalu melahirkan anak yang 100% pasti wanita. Ya intinya lesbi dengan bumbu fantasi lah. Walaupun begitu saya pribadi cukup tertarik untuk melihat bagaimana dia dikembangkan di masa yang akan datang. Apalagi kita melihat di akhir film ini bahwa ia menjadi murid di Kamar Taj, artinya suatu saat karakter ini lebih overpower lagi karena ada tambahan skillset ala Doctor Strange.

 
Wong

 

Di film ini, Wong sudah berstatus sebagai Sorcerer Supreme dalam semesta MCU. Sebagai Sorcerer Supreme, seharusnya karakter Wong disini dibuat lebih bijak dan berwibawa, justru malah dijadikan pelawak dengan joke-joke konyolnya. Ok, terlepas dari jabatannya tersebut, sepanjang film Wong justru terkesan sebagai karakter yang kurang berguna dan punya kekuatan yang biasa saja, bahkan terasa jauh sekali di bawah Strange. Padahal dalam sejumlah proyek MCU sebelumnya Wong terkesan sebagai Master of Mystic Arts yang cerdas.



Illuminati

Saya pikir semua orang sepakat bahwa secara obyektif Wanda emang sehebat itu. Tapi ketika mengalahkan Illuminati justru terlihat jauh lebih mudah daripada mengahalhan murid-murid di kamar-Taj. Padahal disini Wanda hanya kesana dengan melakukan dreamwalking, tidak datang langsung ke lokasi. Di universe mereka, anggota Illuminati berhasil mengalahkan Thanos tapi entah kenapa dibuat segampang itu matinya?

 


Saya tidak masalah jika Wanda ternyata mampu menyikat semua anggota Illuminati. Keresahan disini lebih kepada cerita yang membuat penonton untuk menganggap bahwa para Illuminati ternyata terkesan "hanya begitu saja" setelah kegirangan atas kemunculan Illuminati. Perlawanan yang lebih menarik seharusnya bisa ditunjukkan, bukan seperti Blakcbolt dan Reed Richards belum sempat beraksi apapun untuk melawan Wanda sudah dibuat tewas. Begitu juga dengan kematian salah satu karakter terkuat di MCU, Captain Marvel, yang cukup janggal.

 

Apabila membahas cara mereka tewas juga cukup konyol, dimana Reed Richard yang digambarkan dibunuh dengan cara dibuat spagheti. Padahal diceritakan Reed Richard ini karakter “the smartest man alive”, dalam komik digambarkan salah satu karakter yang mampu membunuh “tuhan”nya Marvel, Celestial. Tapi bukannya melakukan negosiasi, malah kasih tau kelemahan dari rekannya. Ketika rekannya dibunuh, justru melakukan sesuatu yang dilakukan orang bodoh, langsung menyerang tanpa mikir.


Ketika Reed Richard dijadikan spagheti yang mana prosesnya cukup lama, Captain Marvel dan Captain Carter justru diam saja melihat dan tidak melakukan perlawanan. Captain Marvel yang sering digambarkan siap menubruk apa saja termasuk rudal dan kapal Thanos, matinya justru hanya dengan tertimpa patung. Captain Carter yang sudah menerima serum super soldier, yang seharusnya daya refleksnya meningkat drastis, juga terkesan diam saja tidak menghindar ketika mau dipotong senjatanya sendiri.

 

Lalu karakter Profesor Charles Xavier atau Profesor X yang keamatiannya cukup konyol, yaitu kalah adu pikiran. Proses kematiannya yang saya akui disini cukup jumpscare, tapi justru menggambarkan kebodohan dari Profesor X yang lebih menggunakan perasaan daripada nalarnya. Aura profesor X yang terkenal sangat berwibawa kurang terasa disini, misalnya dengan cara membantu Wanda. Kejadian janggal juga terjadi saat ikut-ikutan berada di planet Thanos, padahal Profesor X ini lebih banyak dibelakang medan pertempuran.

 

Mengenai beberapa anggota Illuminati justru tidak diambil dari karakter komik seperti Captain Carter, Mordo dan Captain Marvel, saya tidak mempermasalahkan karena memang ceritanya kan multiverse. Tapi memang, salah satu dampak dari konten cerita yang banyak dan durasi yang minim adalah tidak maksimalnya eksplorasi terhadap beberapa bagian, salah satunya adalah Illuminati ini yang justru terkesan seperti fans service gagal dan cameo yang tidak impactful.


REVIEW DARI SISI PSIKOLOGIS

 

Cinta Ala Orang Pintar

 

“I love you in every universe” kalimat ini akan menjadi senjata baru nih buat menggombal hahaa. Tapi..tapi..garis besar yang inigin saya sampaikan di sini adalah bagaimana ‘orang pintar’ dalam hal ini orang cerdas sekelas doctor Strange dan Christine menjalani percintaan.

 

Dari Doctor Strange dan Christine kita belajar bahwa ada kalanya perasaan itu emang harus dikalahkan. Perasaan ngga rela mantan pacar nikah sama orang lain, juga Perasaan ngga enak menyapa kembali mantan. Stephen Strange hadir di pernikahan mantanya. Tanpa bawa pacar bohongan, tanpa bawa teman alias sendirian. 

 

Christine mengungkapkan perasaanya kenapa ‘Stephen dan dirinya ngga akan pernah bisa bareng’. Secara gamblang dia bilang bahwa selama ini Stephen selalu memegang kendali atas apapun dalam hubungan mereka. 

Orang pintar emang keren ya ngga banyak drama, kalau terang benderang gini kan enak. Apalagi Stpehen bilang dia bahagia dan Christine juga menyatakan hal serupa. 

 

Luka batin dan Kesepian Wanda

 

“Keluarga itu selamanya” kata Wanda kepada dua anaknya (yang merupakan hasil bikinan sihir). Wanda Maximoff adalah perempuan kesepian dari kecil yang memiliki kekuatan dahsyat. Ibarat kata, dia wanita super tapi tidak punya support system. Bayangin aja, dia yatim piatu sejak kecil. Kedua orang tuanya mati terkena misil buatan Stark Industries. Di depan matanya. Wanda juga menyaksikan kematian saudara kembarnya Pietro Maximoff. Akhirnya dia menemukan belahan jiwanya dalam kesepian. Vision, yang sebenarnya merupakan sebuah robot. Pada akhirnya dia terpaksa membunuh Vision demi menyelamatkan dunia, yang dihidupkan lagi lalu dibunuh lagi.

 

Kesepian dan kehancuranya semakin menjadi saat dia membuat semacam dunia fantasi untuk menemukan kebahagiaanya. Disini dia harus melanggar realitas dimana menghidupkan kembali Vision. Mereka saling jatuh cinta, menikah, dan membina rumah tangga. Agar kebahagiaan itu lengkap, maka Wanda menciptakan anak lewat sihir.  Semua kehidupan Wanda adalah sihir, bahkan realitas palsu yang mengekang orang dalam alam Wanda sungguh mengerikan (bisa dilihat di series Wanda Vision).

 

Wanda rela melakukan apapun termasuk memporak porandakan alam semesta demi menjadi ibu dan menjalani kehidupan bersama anak-anaknya di semesta lain. Luka batin dan rasa sepi adalah dorongan utama kekuatan Wanda Maximoff. Sedih, kasihan, gelap banget kalau sudah tahu asal muasal kebengisan Wanda.

 

"Orang Jahat Terlahir Dari Orang Baik Yang Tersakiti"

 

apakah quote ini relate dengan Wanda Maximof ?

 

Bahagia Itu Tak Jauh

“are you happy?” pertanyaan Christine ke Stephen Strange, yang kemudian Stephen Strange juga tanyakan ke Wong. 

“Aku kira menyelamatkan dunia akan membuatku bahagia, ternyata tidak”

Barangkali bahagia memang tak jauh-jauh harus menyelamatkan dunia. Bagi Stephen Strange, bisa jadi kebahagiaan adalah kembali ke alam semestanya lalu memperbaiki jam tangan hadian dari Christine. Dan bagi Wanda, kebahagiaan adalah merelakan anak-anaknya di semesta lain bahwa mereka akan dicintai disana. 


ANALISA FILM INI KEDEPAN

 

Cara Berbisnis Marvel

Kita mulai dari sini dulu ya. Masih ingat 2 Film ini? Yang pertama adalah Avenger : Endgame dan yang kedua adalah Spiderman : No Way Home. Bagi saya yang memposisikan sebagai bos dari Marvel, kedua film itu adalah 2 dari sekian banyak eksperimen Marvel dalam berbisnis. Tentu saja hasil dari eksperimen ini akan digunakan untuk film Marvel kedepannya, salah satunya sudah diterapkan pada Doctor Strange in The Multiverse of Madness.

 

Dalam Avenger : Endgame, setelah film ini sukses (walaupun belum bisa menandingi Avatar di awal perilisaya), film ini dirilis ulang hanya dengan menambahkan post credit scene yang mencakup 7 menit rekaman baru yaitu munculnya sang sutradara Russo Brothers. Saat dirilis pada April 2019, Avengers: Endgame memang sengaja membuat penasaran penonton karena tak ada adegan post credit scene di penghujung film. Alasan lain yang cukup gimmick adalah bentuk penghormatan ke Stan Lee.

 

Sedangkan dalam Spiderman : No Way Home, Marvel kembali melakukan eksperimen. Eksperimen tersebut adalah bagaimana jika Marvel jor-joran menghadirkan fans service dalam film ini. Siapa coba yang nonton Spiderman : No Way Home yang salah satu alasanya adalah ingin melihat hadirnya Spiderman Tobey dan Garfield beserta musuh-musuhnya? Ya salah satu factor yang membuat film ini sukses dalam meraup penonton tentu saja fans service ini. Selain penonton, tentu saja cara tersebut membuat No Way Home sukses dalam hal rating.

 

Tidak lupa Marvel juga memanfaatkan fans dengan menaruh beberapa orangnya untuk berada di barisan fans. Tujuannya untuk menciptakan beberapa teori-teori yang memicu fans ikut-ikutan latah berteori yang akhirnya semakin membuat orang-orang makin penasaran. Terbukti bahwa dengan cara ini Marvel semakin maju dalam menggaet penonton. Coba tanyakan ke diri sendiri, apakah ada keinginan nonton yang kuat akibat penasaran dengan teori fans benar atau tidak?

 
 

Bocoran dan Analisa Fans Akurat?

Seperti biasanya film Marvel, dua bulan sebelum ditayangkan trailer resminya sudah dikeluarkan. Langsung deh aneka analisa memenuhi jagat internet, termasuk di blog ini.

 

Baca: Penjelasan Trailer Doctor Strange Multiverse of Madness

 

Ternyata tak semua analisa netizen benar, termasuk saya, tapi yang pasti 2 trailer resmi yang dirilis sukses membuat fans Marvel dan yang bukan fans memenuhi kursi bioskop, membuat aplikasi penjualan tiket down, di beberapa bioskop sampai antri mengular hanya demi menonton Multiverse of Madness (yang sebenarnya sebagian nonton KKN).

 

Spiderman: No Way Home yang terlalu ‘brutal’ memberikan fan service yang berdampak banyaknya ulasan yang mengutarakan kekecewaan terhadap berbagai teori fans yang banyak beredar selama ini, misalnya tentang kehadiran Tom Cruise sebagai Iron Man dan karakter Marvel yang lain. Jika kita kecewa karena terlalu banyak berteori atau membaca teori sebelum menonton filmnya, itu adalah kesalahan kita karena memasang ekspektasi terlalu tinggi.

 

Mengumpulkan beberapa petunjuk dan menjahitnya menjadi teori memang salah satu bentuk mencari kesenangan sebagai fans Marvel. Kegiatan ini pun juga bisa kita jadikan sebagai mata pencaharian misalnya Youtuber khusus Marvel. Maka sebenarnya kita harus buat sederhana saja, kalau teori yang kita baca atau buat ternyata benar atau kebetulan terealisasi di film ya itu sih bonus dan berbahagialah, kalau salah ya sudah biarkan saja. Anggap saja kita harus mengasah lagi kemampuan analitis kita.

 

Lagipula, tidak ada yang tau kan kalau sebenarnya ini disengaja? Mengingat, banyak hal dalam film ini yang janggal misalnya ada beberapa cerita yang sepertinya dipotong dan upaya mendapatkan rating PG-13. Beberapa kejadian juga aneh seperti adanya kursi Illuminati yang kosong dan ada bagian yang belum diceritakan. Durasi juga dipotong demi rating PG-13, semakin pendek durasi maka semakin sering pula film bisa diputar dalam satu hari dan tingkat kejenuhan penonton akan terjaga. Bahkan seingat saya, film ini seharusnya berdurasi 2 jam 40 menit.

 

Prediksi film ini akan dirilis ulang

 

Saya yakin pada suatu hari nanti setelah memenuhi target tertentu (penonton dan pendapatan kotor), film ini kemungkinan akan dirilis ulang dengan metode “director’s cut”, “uncut”, “extended version” atau sejenis itu. Saya juga yakin apabila dirilis ulang, durasi akan lebih panjang, adegan-adegan “intense sequences of violence and action, frightening images, and some language” atau sedeharna nya kesadisan dan tindakan-tidakan ‘tidak terpuji’ akan ditampilkan karena keuntungan sudah tidak terlalu penting disini.

 

Dan tentu saja karena kemungkinan film ini tidak utuh, fans service seperti kemunculan Iron Man versi Tom Cruise, Deadpool yang mungkin muncul untuk menghina professor X yang gampang mati dan adegan tokoh Marvel yang belum muncul akan dimunculkan. Walaupun sudah tidak berharap pada keuntungan, bodo amat dapat NC-17, tapi hal ini tetap membuat orang berbondong-bondong nonton apabila film ini dirilis ulang, bahkan diprediksi bisa memenuhi bioskop seperti saat ini. Ingat ya, jika dirilis ulang.

 

KESIMPULAN

 


Mungkin tulisan ini cukup sampai sini saja karena sudah hampir 4000 kata. Pembahasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari pacar/gebetan/selir/istri atau siapapun itu setelah nonton film ini akan saya tulis di postingan yang lain. Lalu berapa nilai dari film ini menurut saya? Mempertimbangkan beberapa aspek yang menjadi dasar penilaian subjektif, saya memberi nilai film ini 7 / 10


Author: Mahendrayana Setiawan Triatmaja

0 comments