Hal Yang Membuat Film Eternals Tidak Menarik

review film eternals

Eternals, film Marvel yang sangat ditunggu-tunggu di tahun ini. Film ini mengangkat cerita mengenai ras alien kuno yang telah hidup secara diam-diam di Bumi selama ribuan tahun, yakni Eternals. Dianugerahi berbagai kekuatan, ras ini nantinya akan membantu melindungi Bumi dari musuh bebuyutan umat manusia, yakni Deviants.

Oh iya, film ini juga didukung oleh Chloe Zhao yakni merupakan sutradara terbaik dalam ajang penghargaan Academy Awards ke-93 atau Oscar 2021 melalui filmnya berjudul Nomadland. Namun hal tersebut ternyata tidak berarti menjamin film ini akan sukses (dalam artian mendapatkan review positif). Film ini cukup mendapat penilaian yang buruk dari berbagai komunitas penikmat film dan kritikus. Rating beberapa website review film Enternals cukup rendah. 

Awalnya saya sangat antusias untuk menonton film ini. Namun niat menonton sudah berubah karena melihat desas desus kritik dari kritikus film. Karena penasaran saya pun memutuskan menonton film ini disaat senggang. Jadi saya berangkat nonton karena rasa penasaran bukan rasa antusias hahaha. Padahal, sebagai salah satu penikmat marvel sejak TK, film ini sangat saya tunggu lho kehadirannya. Tetapi saya menyimpulkan beberapa hal dari film ini.

BEBERAPA HAL YANG MEMBUAT REVIEW RENDAH

Pertama, Terlalu Melenceng dari Cerita Aslinya.

Bahkan garis besarnya saja tidak nyangkut. Padahal film MCU lain meskipun banyak improvisasi, namun pasti mengikuti satu alur benang merah ceritanya misalnya saja Avenger : Infinity Wars atau beberapa film Marvel lainnya. Hal tersebut menjadikan film ini terasa bukan film Marvel, tapi ini film Chloe Zhao. Dan memang benar memang ini bukan film Marvel karena banyak sekali kemelencengannya. Dan ini terasa mengganggu bagi Marvel die-hard. Berikut saya paparkan sebagian :


1. Dalam Eternals MCU ini diceritakan bahwa tim Eternals yang terdiri dari Ajak, Ikaris, Thena, Gilgamesh, Sprite, Druig, Kingo dan Phastos adalah yang pertama sampai di bumi. Padahal dalam cerita Marvel, tim Kronos adalah yang pertama sampai di bumi. Siapa itu Kronos? Kronos adalah ayah dari A'Lars dan Zuras. A'Lars adalah ayah dari Thanos dan Eros. Sedangkan Zuras adalah ayah dari Thena.

review film eternals

2. Ikaris adalah third host atau generasi ketiga Eternals yang datang ke bumi. Ikaris membantu menjaga bumi dan marah hingga bunuh diri ketika dia tahu bahwa ras Eternals mempunyai niat jahat pada manusia bumi. Tetapi di film ini dia dibuat bunuh diri karena dia berkhianat kepada Celestial.

3. Tim Eternals yang di bumi ini campur baur. Gilgamesh itu generasi kedua, satu generasi dengan bapaknya Thena dan Thanos. Ajak, Ikaris, Phastos, Thena, Thanos, Eros itu generasi ketiga. Sersi, Kingo, Makkari, Druig itu generasi keempat, artinya lebih muda dari generasi ketiga. Sedangkan Sprite itu generasi kelima. Sudah benar memang penampilannya anak-anak di MCU.

4. Pengganti Ajak dalam kisah aslinya itu Ikaris, bukan Sersi. Karena Ikaris punya sense untuk merasakan kehadiran The Celestials.

5. Tiamut The Cellestial dalam MCU diceritakan adalah Celestial baru yang akan bangkit dari dalam bumi yang akan menghancurkan bumi tentunya. Dalam kisah Marvel, Tiamut bergelar Tiamut The Communicator atau Dreaming Celestial yang sudah ada satu masa dengan Arishem, Celestial yang di MCU memerintahkan tim Ajak ke bumi.

6. Arishem memang in charge of earth. Tapi cuma untuk generasi keempat, yang mana cuma Sersi, Kingo, Makkari dan Druig (bersama Eternals generasi keempat lainnya). Jadi seharusnya Arishem tidak berkomunikasi dengan Ajak.

7. Dalam cerita Marvel, Eternals generasi keempat (Sersi, Kingo, Makkari, Druig dan kawan-kawannya) melawan balik The Celestials memang, tapi dengan bantuan penduduk Asgard, termasuk Thor dan Loki, ya meskipun kalah.

8. Di film ini, Thena terkena Mahd Wy'ry dan dirawat oleh Gilgamesh. Padahal aslinya, yang kena Mahd Wy'ry itu justru Sersi dan Sprite. Jika Thanos yang hanya punya gen Deviant dan bukan keturunan langsung (karena bapak ibunya Eternals), maka sepupunya Thena malah punya 3 anak dengan Deviant. Makanya, saya sempat berpikir ketika menonton Trailer, Thena dielus pipinya sama Deviant, saya pikir itu kekasihnya. Tibane bukan.

Panjang kalo saya sebutkan satu-satu, saya rasa para Marvel die-hard jauh lebih paham daripada saya soal kemelencengan cerita di film ini dibanding cerita aslinya.

Kedua, Perubahan Radikal dari Karakter Eternal

Saya kurang paham terhadap keputusan perombakan yang sebenarnya tidak penting dan ini terjadi sampai di bagian yang paling mendasar yaitu karakterisasi tokoh. Mulai dari perubahan 'tupoksi' atau jobdesc, gender-swap (mengganti jenis kelamin dari cerita aslinya) yang tidak tanggung-tanggung film ini mengubah jenis kelamin 3 karakter, sampai terlalu memaksakan untuk mengikuti kemauan dari SJW soal LGBT sampai melalukan sexual orientation swap.

Sebagian contohnya :

- Ajak di MCU dijadikan perempuan dan diubah menjadi pemimpin spiritual Eternals, padahal Ajak aslinya dalah laki-laki kharismatik, ayah dari Sersi. Di komik para Eternals ini setara, dan kalaupun ada yang dianggap sebagai pemimpin itu adalah Zuras. Zuras-lah yang seharusnya menjadi pemimpin Eternals sekaligus ayah dari Thena. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan karakter Zuras masih "disimpan" untuk sekuel. Tapi gatau juga soalnya film pertama ini sudah menimbukan kesan buruk, saya kurang yakin ada sekuelnya.

- Kingo, harusnya adalah eternals dengan perawakan fisik seperti orang Jepang. Tapi di MCU diubah menjadi perawakan India dan menjadi bintang Bollywood.

- Makkari yang cukup jauh perubahannya. Harusnya Makkari yang menjadi Kingo di MCU. Makkari aslinya adalah laki-laki, di komik dialah bintang Bollywood dengan nama samaran Mark Curry. Btw, di komik dia tidak tuli dan bisu.

- Sprite aslinya adalah bocah lelaki yang liar, nakal, brutal, membuat semua orang menjadi gempar, hanya hukuman yang dapat menghentikannya. Maaf, itu kera sakti bukan Sprite. Tapi memang aslinya dia usil, jahil dan culas. Dia memiliki dendam dengan Ikaris dan benci dengan dirinya sendiri karena bocil abadi. Aslinya di komik dia suka sama Sersi, tapi ditolak terus dengan alasan orang dewasa tidak boleh pacaran sama anak kecil. Dia benci Ikaris karena Ikaris bisa begituan dengan Sersi sedangakan dia tidak bisa begituan dengan siapapun di bumi ini. Ya sebenarnya kalo mau bisa sih tapi ya masak Sprite bersetubuh dengan anak kecil usia 10 tahun (meskipun secara fisik Sprite sama dengan anak usia 10 tahun). Hasrat yang tidak bisa dia salurkan inilah yang membuatnya dendam dan suka mengusili hampir semua Eternals yang dia bisa. Di film ini, Sprite diubah jadi bocil tidak berbatang (cewek). Sempat disinggung sedikit oleh Kingo kalau Sprite suka Ikaris (kebalikan dari komik, Sprite suka Sersi), tapi sisi emosional nya tidak divisualisasikan dan diceritakan dengan baik di film Eternals. Sehingga dianggap angin lalu saja dan tidak meninggalkan kesan emosional kepada penonton kalau Sprite itu jatuh cinta sama Ikaris berabad-abad tapi tidak bisa memilikinya karena dia bocil.

review film eternals

- Perubahan tidak penting lainnya adalah karakter Phastos, karakter yang paling digadang-gadang sebagai superhero gay pertama di MCU. Menurut saya hal tersebut sangan tidak perlu, tidak urgen, tidak penting dan terburu-buru. Masalahnya dia adalah jajaran karakter utama dan diubah jadi gay, tidak sesuai komik hanya sebagai wake culture dan dan hanya untuk menyenangkan SJW saja. Dan biasanya kalau karakter sudah pernah dikisahkan LGBT entah dimana maka ini harus jadi canon, alias sejak saat itu dia harus LGBT sampai film-film selanjutnya demi menghindari plot hole, sekalipun cerita aslinya tidak begitu. Menurut saya tidak ada value-nya sama sekali. Maaf ya SJW, bukan berarti saya tidak menghormati, namun biarlah kita menikmati film adaptasi dengan cerita original yang seperti apa adanya, tidak ada perubahan yang ekstrim seperti ini.

review film eternals


Ketiga, Alur Cerita Yang Sepertinya Terinspirasi dari Sinetron / FTV Indonesia

Saya gak akan menyalahkan kalo ada yang nyebut film ini sinetron atau FTV Indonesia berbudged hampir 3 triliun rupiah karena saya juga sangat setuju. Ya karena film ini penuh dengan adegan bucin-bucinan dan drama tidak jelas. Serius deh, coba kita teliti, film ini seperti menceritakan kisah cinta segitiga. Ikaris suka Sersi, Sersi suka Dane Whitman/Black Knight sekaligus Ikaris, Sprite suka Ikaris, Ajak (kayaknya) suka Ikaris, Gilgamesh suka Thena, Druig suka Makarri, Phastos suka mas-mas arabnya (gatau namanya), mungkin ada yang belum saya sebut?

Selain cinta segitiga, film ini juga menampilkan adegan drama yang umum terjadi di internal kantor perusahaan Indonesia. Gatau juga apakah perusahaan luar negeri gini juga nggak. Ok kita bermain analogi saja, film ini bercerita tentang PT Celestial, para Eternals adalah karyawan PT Celestial, Arishem itu direktur PT Celestial, Ajak bawahannya Arishem, para Eternals itu anak buah dari Ajak, dan Deviant itu mantan karyawan PT Celestial yang di PHK oleh Arishem karena gak becus kerja. Dalam menjalankan perusahaan, Arishem memerintahkan Ajak untuk mengerjakan proyek rahasia tapi proyek tersebut justru tidak dijalankan oleh Ajak. Ikaris sebagai anak buah Ajak namun loyalitasnya terhadap PT Celestial tidak diragukan lagi dan merasa bahwa Ajak sudah keluar dari visi dan misi perusahaan. Dengan berbagai cara Ikaris menyingkirkan Ajak. Setelah berhasil disingkirkan, Ajak digantikan oleh Sersi yang mana juga tidak setuju dengan proyek yang dicanangkan Arishem. Lagi-lagi sama dengan Ajak, dia membuat proyek yang bertujuan menggagalkan proyek dari Arishem dan kali ini Ikaris dibantu oleh Sprite yang bucin dengan Ikaris untuk kembali menghalangi rencana Sersi dan anak buahnya. Selama terjadi konflik internal, Deviant yang sebelumnya punya dendam dengan Arishem berusaha cukup keras untuk mensabotase pekerjaannya eternal. Ending dari filmnya, Sersi dan beberapa anak buahnya yang membangkang dipanggil langsung oleh sang bos PT Celestial yaitu Arishem untuk diberikan “pembinaan”.

Keempat, Cerita yang “Tidak Logis”

Plot hole? bagi saya pribadi sih iya. Tetapi apapun itu yang jelas sangat mencederai asas kelogisan bagi penonton yang menikmati film dengan berpikir. Saya akan coba urutkan satu persatu berdasarkan pripsip logika sekuensial.

Logika Pertama, Arishem menaruh bibit kelahiran celestial di Bumi, yaitu Tiamut. Agar bibit Tiamut ini berhasil tumbuh dan menjadi celestial, maka diperlukan banyak populasi kehidupan cerdas di Bumi. Logikanya, semakin banyak manusia cerdas di Bumi, maka kelahiran Tiamut akan semakin cepat dan berhasil.

Logika Kedua, Eternals diutus ke Bumi agar populasi manusia tidak berkurang, karena kalau populasi manusia berkurang, maka kelahiran Tiamut akan gagal. Baiklah, sampai disini terdengar masuk akal.

Nah berdasarkan dua hal diatas, ada beberapa kejadian yang janggal. Saya sebut 7 saja ya bukan biar kayak On The Spot sih tapi biar gak kebanyakan. Ok cuss :

1. Ketika Phastos membantu manusia mengembangkan teknologi agar kehidupan manusia semakin cerdas, malah dilarang oleh Ajak. Disini saya sudah merasa alasan ini tidak logis. Kalau ingin manusia cerdas. Kenapa tidak dibantu saja dengan teknologi dan kecerdasan Phastos agar misi kelahiran Tiamut segera teralisasikan? Ini bertentangan dengan Logika Pertama.

Ditambah dengan kalimat yang dilontarkan Ajak dan Druig, “manusia perlu melewati masa berat mereka agar manusia jadi berkembang lebih cerdas dan maju”. Disini saya kurang sependapat. Kalau dianggap manusia bergantung pada teknologi dan pengetahuan orang lain dianggap tidak cerdas, bagaimana dengan kita yang bergantung kepada Ilmuwan lainnya yang sudah dahulu berinovasi lalu kita melanjutkan inovasi tersebut? Sama saja, bedanya ilmuwan dulu bukan Eternals. Kurang lebih sama seperti Al-Khawarizmi belajar perhitungan segitiga pada matematika dari Pyhtagoras. Analoginya Phytagoras adalah Eternals dan Al-Khawarizmi adalah manusia. Bantuan ilmu pengetahuan dari eternals justru mempercepat tujuan Arishem merealisasikan kelahiran Tiamut. Bagi saya ini sangat aneh kalau tugas Eternals hanya tukang gebuk melindungi manusia dari deviants

Oke jika menganggap perkembangan ilmu pengetahuan membuat manusia jadi jahat dan tidak balance. Lho, kan ada Druig. Druig di film Eternals sudah memberitahu kalau dia bisa mengendalikan semua manusia bumi agar damai dan tidak saling menyakiti. Toh, manusia tetap bisa berkembang lebih cerdas tanpa adanya nyawa manusia yang dikorbankan.

2. Eternals tidak boleh ikut campur dalam urusan manusia kecuali berkaitan dengan Deviants, termasuk perangnya. Perang antar manusia justru menyebabkan korban jiwa yang sangat besar disemua pihak yang ikut berperang. Jika populasi manusia cerdas berkurang karena banyak yang mati karena perang, maka kelahiran Tiamut akan semakin lama tertunda, berarti membiarkan manusia mati dan berperang satu sama lain sama saja dengan misi Eternals di Bumi gagal.

Padahal kalau Eternals ikut campur tangan, populasi manusia bisa jadi lebih banyak, justru malah mempercepat kelahiran Tiamut dan menyegerakan misi mereka di Bumi. Malahan populasi manusia tidak berkurang gara-gara deviants karena semua deviants sudah dimusnahkan oleh Eternals, tapi populasi manusia berkurang sangat banyak karena perang antar mereka sendiri. Ini sudah bertentangan dengan misi kelahiran Tiamut atau dengan Logika Kedua.

3. Kemunculan deviants sangat random, tidak jelas, dan sangat aneh kalau menurut saya. Kekuatan deviants juga tidak jelas tolok ukurnya. Eternals mengklaim kalau mereka sudah memusnahkan semua populasi deviants 500 tahun sebelum masehi di Babilonia, tapi mengapa tiba2 bisa ada dan muncul lagi di Alaska?

Deviants diceritakan adalah Apex Predator yang sangat rakus menyerang semua spesies lainnya. Menurut Ikaris, mereka muncul kembali karena sempat membeku di bawah es. Apakah deviants ini menggunakan serum super soldier? Kalau beku bisa hidup lagi. Deviant ini spesies makhluk hidup lho dimana umumnya jika membeku dalam es ya mati. Ok kita anggap Deviant adalah alien yang jika membeku bisa bertahan, bahkan diceritakan Steve Rogers juga bisa bertahan karena membeku. Namun bukan disitu intinya.

Anggaplah mereka muncul setelah membeku, kenapa tidak segera menyebar ke tempat lain, tidak ada energi atau sumber daya? Padahal di Alaska ada banyak rusa, beruang, ikan-ikan di air, dan lainnya. Sebagai Apex Predator, deviants seharusnya bisa mengonsumsi itu semua dan setelah itu bisa kembali menyerang manusia. Atau menyerang Ajak dulu untuk menyerap kemampuan penyembuhan Ajak.

Setelah menyerang Ajak di Alaska, tiba-tiba satu ekor deviants ini ke London dan hanya menyerang Eternals saja, Sersi, Sprite dan Ikaris. Kalaupun mereka bisa mendeteksi Eternals lainnya gara-gara menyerap Ajak, tetap plot hole karena tidak dijelaskan dalam filmnya.

Lalu di adegan final ketika para Eternals tersisa ingin mengagalkan kelahiran Tiamut, hanya satu deviants doang yang muncul menyerang eternals. Lho, deviants lainnya kemana? Padahal setahu saya di film itu masih ada beberapa deviants lainnya yang masih hidup. Atau memang sudah mati semua di hutan Amazon kecuali yang satu ini? Tidak jelas berapa jumlah deviants yang masih ada dan muncul saja tiba-tiba tanpa penjelasan yang baik dari filmnya.

4. Alasan Eternals tidak membantu manusia menyerang Thanos juga bertentangan dengan Logika Kedua. Ini juga perpanjangan dari bahasan no. 2 sebelumnya. Thanos melenyapkan separuh populasi makhluk alam semesta, termasuk manusia. Harusnya Eternals membantu Avengers ketika Thanos menyerang. Karena dengan lenyapnya separuh alam semesta, maka menyebabkan kelahiran Tiamut makin tertunda. Kalau kelahiran Tiamut tertunda artinya Eternals gagal dalam menjalankan misi yang diberikan dari Arishem.

5. Arishem mengatakan kematian adalah kehidupan bagi yang lain, pengorbanan satu planet, memberikan kehidupan kepada ribuan planet lainnya. Kalau dengan logika kelahiran Arishem, oke anggaplah kita menerima logika ini, sama seperti logika daun yang mati berguguran akan hancur di tanah lalu menjadi pupuk untuk menumbuhkan banyak daun baru lainnya.

Tapi di adegan di film Guardians Of The Galaxy (2014) saat The Collector yang memperlihatkan Eson The Searcher menghancurkan satu planet dengan Power Stone, disini malah jadi plot hole. Karena planet tersebut hancur bukan untuk kelahiran celestial yang baru. Malahan si celestial, alias si Eson yang menghancurkan planet tersebut tanpa alasan yang jelas.

6. Ukuran fisik celestials tidak jelaskan disini dengan baik dan menimbukan plot hole lagi. Tidak ada benchmark pasti berapa ukuran fisik Celestials. Di Guardians Of The Galaxy (2014), Eson The Searcher digambarkan sekitar setinggi 400m sampai 1km, sedangkan ukuran kepala Knowhere sekitar sebesar planet Pluto, dari sini saja sudah tidak konsisten berapa besar Celestial itu sebenarnya. Di Guardians Of The Galaxy Vol.2 (2017)Ego The Living Planet hanya kepalanya saja dan sekitar sebesar planet Mars. Lalu di Eternals (2021), Arishem digambarkan lebih besar daripada Bumi.

review film eternals


Ada ketidakkonsistenan ukuran fisik celestial di MCU sejak dulu dan diperparah dengan film Eternals, harusnya film Eternals bisa meluruskan dan memperbaiki ini karena keterkaitan Eternals dengan Celestials sangat terikat. Sayang sekali sisi ini tidak dieksplor dengan baik.

7. Adegan credit scene pertama malah memperbesar plot hole dengan kemunculan Pip The Troll dan Eros alias Starfox. Dengan semua penjelasan saya di atas mengenai plot hole cerita Eternals, memperkenalkan karakter baru di MCU sebagai kakaknya Thanos malah memperbesar plot hole bagi saya.

Adegan yang bagus cuma credit scene terakhir, ketika Dane Whitman memutuskan untuk menggunakan Ebony Sword yang tercipta dari material anti-Mjolnir, ketika dia ragu dan bersiap mennyentuh Ebony Sword, terdengar suara mas Blade yang mengagetkan dia, menanyakan apakah Dane Whitman benar-benar yakin dengan keputusannya menggunakan pedang warisan keluarga dia untuk menjadi Black Knight.

Kelima, CGI yang Buruk

Ya saya heran juga padahal ini film yang budgednya hampir setara 3 triliun rupiah lho, tetapi CGI nya sangat buruk. Hal pertama yang  yang bikin saya berpendapat begini adalah ketika Ikaris datang membantu Sersi melawan Deviant di London. Bisa kita lihat si Ikaris atau bisa dibilang supermannya Eternals saat terbang sangat kasar sekali cara terbangnya. Tidak jauh beda dengan sinetron Indonesia. Hampir semua adegan Ikaris terbang semuanya sangat kasar.

KONKLUSI

Cerita Eternal ini mixed. Jadi intinya, Eternals-nya Chloe Zhao ini membuat kisah baru yang secara pondasi kisah sebetulnya bagus kok dan sangat bisa dinikmati. Saya paham dengan para pemberi rating mengapa sampai memberi nilai yang cukup buruk.

"Ya wajar kalau tidak sama banget dengan komik, pasti ada penyesuaian dong dengan versi komiknya, wajar saja diubah dan disesuaikan untuk filmnya". Saya setuju, tapi untuk film Eternals saya rasa perubahannya terlalu besar dan sudah mengubah total sehingga bisa dianggap ini adalah adaptasi gagal. Apalagi film ini menggunakan Intellectual Property Marvel sehingga memang sudah seharusnya cerita dalam film ini mengikuti benang merah dari cerita originalnya. Apabila harus ada perubahan, ya cukup terapkan perubahan seperlunya saja.

Setidaknya itu bisa jadi pembelajaran bagi Kevin Faige dan kolega untuk tidak neko-neko. MCU itu sudah berada pada posisi nyaman, mereka hanya perlu fokus menjaga kualitas proyek-proyek mereka. Memenuhi hasrat para SJW (yang ntah termasuk fams betulan atau bukan) apalagi dengan porsi yang sangat vulgar seperti ini bukan langkah yang tepat. Hal itu menjadikan Eternals is Marvel's most beautiful failure yet

Yang lebih saya khawatirkan sebenarnya adalah jika ternyata film ini secara substansi gagal namun berhasil secara penjualan. Kita tahu at the pada akhirnya tetap uang yang akan berbicara. Perkiraan saya sih rating buruk ini belum cukup untuk membuat film ini gagal secara penjualan. Jika keuntungan masih banyak didapatkan apakah Disney dan Marvel Studio akan tutup mata dan justru mempertahankan bahkan lebih menggalakkan lagi muatan dan formula serupa di proyek-proyek berikutnya. Mirip dengan keadaan bisnis sinetron di negara tercinta kita.

Buruknya rating di film ini kemungkinan besar karena para pemberi ratingnya adalah Marvel die-hard yang mengikuti Marvel Comics dari kelas A sampai kelas Z, yang mana cerita dalam Eternals-nya Chloe Zhao tidak sesuai dengan Eternals yang original. Jika diharuskan menilai, demi keadilan dan objektifitas, saya akan bagi jadi 3 penilaian :

- Sebagai film yang berdiri sendiri (tidak terikat dengan MCU dan mengabaikan film ini adaptasi dari komik Marvel), maka rating dari saya 5.9/10

- Sebagai film yang terikat dengan MCU, tanpa terlalu terikat dengan komik, maka penilaian saya 3.7/10
- Sebagai film berdasarkan adaptasi komik sekaligus koneksi dengan MCU, maka penilaian saya 1.8/10

Author: Mahendrayana Setiawan Triatmaja 

0 comments