Kajian di balik fenomena Kangen Band - Trisuaka - Duta


Belakangan ini artis yang sering ‘mengamen’ di berbagai kafe di jogja, Tri Suaka dan Zinidin Zidan lagi viral karena dianggap melecehkan artis Andika Kangen Band. Karena hal tersebut pula, mereka diungkit-ungkit karena menggunakan lagu-lagu dari artis yang menciptakan lagu tersebut tanpa ijin untuk konten lagu di youtube dan tidak jarang diundang ke berbagai acara dengan harga yang dianggap cukup mahal dan permintaan yang cukup merepotkan untuk sekelas artis cover (penyanyi yang memainkan lagu orang lain) di youtube. Tentu hal ini mengingatkan pada perilaku dibalik para artis terkenal yang pernah saya temui.

Pengalaman mengundang artis

 
Pernah jadi anggota OSIS atau BEM? Sekolah atau kampusmu pernah panggil "artis" untuk mengisi acara di kampus atau sekolah? Ya jika mengalami keduanya, kemungkinan ada saja yang mengalami kejadian kurang menyenangkan bukan? Mari kita bahas mengenai hal ini. Sebelumnya, jika belum tau definisi dari artis dan cara kerja selebriti, tidak perlu saya jelaskan lagi ya, karena sudah saya tulis di blog ini.

 
Saya sendiri pernah berpengalaman mengundang artis yang cukup terkenal. Memang, salah satu permasalahan yang biasa terjadi misalnya artis tersebut terlalu banyak dan ribet permintaanya. Sebenarnya tidak masalah dengan hal tersebut karena sudah ya sudah menjadi budaya kita menjamu tamu yang diundang dengan sebaik mungkin dan sudah menjadi budaya sekaligus hak para artis untuk meminta pelayanan diluar 'harga artis'. Soal harga entah 50 Juta atau berapapun itu sebenarnya relatif, bagi saya untuk mengundang Tri Suaka 50 Juta + kebutuhan riders ya sudah wajar. Jika ada orang yang mau berarti kan sudah ada consent, dia mengundang berarti dia sanggup. Jika tidak sanggup, ya sudah jangan mengundang, sesederhana itu. Karena ada banyak artis cover lain yang jauh lebih terjangkau daripada Tri Suaka.
 
Namun yang disayangkan sebenarnya lebih kepada apabila artis tersebut terlalu seenaknya atau berbuat tidak mengenakan baik dengan yang memberikan pekerjaan, panitia, orang-orang sekitar dan orang yang tidak terlibat secara langsung pada kegiatan. Tak perlu saya ceritakan siapa dan bagaimana detilnya karena jatuhnya seperti gibah. Saya pribadi pada dasarnya tidak ngefans khusus pada seseorang, ditambah lagi setelah tau yang seperti ini. Saya lebih mengagumi karya dan skill selebriti seperti kemampuan bermain bola, akting, hasil karya dan sejenisnya, saya sangat menikmati. Karena saya tau bahwa banyak oknum selebriti memang secara pribadi maupun manajemennya memframing seolah artis tersebut bersikap sangat baik, super ramah dan tidak ada cacat hanya pada saat “kamera rolling”. Diluar itu banyak sifat yang menjengkelkan mulai tidak menghargai orang bahkan kepada yang memberinya inspirasi, makan dan pekerjaan.

Yang jelas, dari situ saya mendapat pelajaran bahwa kita tidak boleh berekspektasi terlalu tinggi terhadap seseorang walaupun banyak yang mengelu-elukan, apalagi sampai menaruh penilaian bahwa artis atau selebriti pasti dan harus sesuai dengan apa yang tampak pada acara besar atau tokoh yang diperankan di TV maupun layar lebar. Berita tentang kesempurnaan mereka adalah bagian dari bisnis, termasuk kontroversinya.

 
Kenapa fenomena tersebut terjadi?
 
Banyak yang bilang "sifat aslinya muncul" dan sebagainya. Setelah saya pelajari di banyak artikel internet (yang sebenarnya kredibilitasnya juga tidak diketahui), namun saya juga bertanya pada beberapa orang yang saya anggap cukup berkompeten, dokter spesialis kejiwaan, sebenarnya hal tersebut bukanlah sifat aslinya, namun dampak dari ketidaksiapan menghadapi situasi setelah menjadi cukup populer yang mana sering disebut sebagai gangguan kepribadian Star Syndrome. Saya tidak perlu menjelaskan soal hal tersebut yak karena saya yakin sudah banyak yang tau mengenai hal tersebut.
 
Namun hal yang lebih saya fokuskan disini adalah mengenai bagaimana berita tersebut booming dan terbentuk sentiment negatif kepada Tri Suaka dan Zidan. Beberapa faktor penyebab tentu tidak jauh seperti yang sudah saya tulis sebelumnya pada postingan kontroversi untuk eksistensi Saya tau hal ini melawan arus tapi akan saya jabarkan sisi lain dari kasus ini. Ada 3 kemungkinan utama penyebab kasus ini :

1. Manusia secara naluriah lebih tertarik dengan sesuatu yang bersifat negatif. Makanya yang sensasional, kontroversial, viral, yang lain sejenis itu selalu menarik perhatian. Oleh karenanya Jurnalis akan selalu mencari kejadian buruk, jika tidak ada kejadian ya didramatisir sesuatu agar telihat buruk. Jurnalis juga harus membentuk public enemy sehingga orang-orang yang pada awalnya netral atau tidak tau apa-apa akan terpengaruh dan ikut menjadi pembenci. Bagi saya, apa yang dilakukan Tri Suaka dan Zinidin Zidan sebenarnya biasa saja. Jika saya menempatkan diri sebagai Andika Kangen Band pun, sebelum ada berita juga akan biasa saja. Saya pun sangat yakin, sebelum ada berita tersebut, orang juga merasa biasa saja. Tanpa mengecek detail video pun, saya sangat yakin video tersebut dibuat atau diposting jauh-jauh hari sebelum berita menyebar. Mungkin teman-teman yang tau bisa komen di kolom komentar. Pandangan, nilai, opini menjadi berubah ketika ada berita tersebut, lalu merasa “iya juga ya”, mulailah masyarakat ramai-ramai menyebarkan berita ini. Tidak lupa berita negatif akan lebih cepat menyebar dan lebih menggugah emosi apalagi di jaman sekarang ada banyak sosmed, grup WA keluarga dan sebagainya. Hal ini jelas akan menguntungkan pihak-pihak tertentu.

2. Mungkin pendapat yang tidak popular dan terkesan “teori konspirasi banget”, apakah ini ada kerjasama Antara Kangen Band beserta Tri Suaka CS untuk sama-sama membuat kontroversi dengan bahan yang sudah ada agar adanya simbiosis mutualisme? Siapa yang tau? Namun hal ini sangat sering digunakan selebriti untuk kembali melambungkan namanya yang mulai meredup dan sebagai batu loncatan agar semakin dikenal lagi. Mengingat, di tahun 2020, Kangen Band yang sudah bubar mengumumkan ke masyarakat telah kembali dengan formasi sama seperti yang mereka bentuk sejak 2005. Lagipula, apakah tidak merasa ada kejanggalan? bahwa tiba-tiba hamper semua orang membela Andika Kangen band. Ketika sekitar tahun 2007-2009 dimana Kangen Band sedang pada masa jaya, semua orang membully Andika dan fans yang mendengarkan lagu-lagunya pun ditertawakan. Meme-meme pada saat itu bermunculan mulai dari julukan ‘Babang Tamvan’ hingga penampilan Andika Mahesa yang dianggap mirip dengan Sasuke versi Live Action. Jangankan dubully, sesama musisi saja Andika sering sekali kan dihujat, diroasting oleh Raditya Dika, diimpersonate Gilang Dirga. Kenapa yang sekarang dipermasalahkan adalah Tri Suaka dan Zidan? Memang banyak sekali yang bilang bahwa Radiya Dika, Gilang Dirga, dll jika merosting adalah karena profesi mereka pelawak, bukan musisi, tetapi ada banyak kejadian sesama musisi saling olok-olok sesama musisi dan biasa saja. Fans andika juga tidak terlalu membela.


3. Fenomena ini adalah fenomena alami dimana timbul kecemburuan sosial dari masyarakat. Pada masa pandemi ini, aturan PSBB atau PPKM juga tidak memungkinkan orang-orang yang terdampak pandemi selama 2 tahun terakhir bisa bekerja secara normal. Tentu saja musisi dan artis tidak bisa manggung. Hal tersebut terjadi karena di masa pandemi sudah jarang sekolah, hingga acara hajatan besar yang mengundang artis. Sedangkan Tri Suaka dan Zidan bisa bebas kemana-mana. Pada suatu kesempatan mereka membuat konser besar dan terbukti aman. Tri suaka tidak pernah libur untuk mengamen di kafe-kafe atau angkringan tanpa protokol kesehatan, begitu juga di youtubenya yang selalu ramai. Sedangkan artis yang sekaligus selebriti tidak akan bisa melakukan itu karena jelas mereka publik figure. Polisi tentu akan menahan publik figur yang jelas-jelas mengadakan konser, atau mereka akan dihujat. Namun tidak mungkin kan bilang “situ bisa kerja sini tidak”, jadi harus ada alasan lain agar lebih terasa “asik” sehingga kasus kemarin adalah pemantik saja. Soal royalty, musisi asli juga wajar jika mengajukan protes apabila lagunya digunakan untuk mencari uang sedang penyanyi asli tidak mendapatkan apapun.
 
Jika kajian ini dirasa bermanfaat dan perlu untuk dianalisa lebih dalam lagi, boleh loh buat ide skripsi.

Author: Mahendrayana Setiawan Triatmaja

0 comments